BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Saat ini praktek perawat komunitas dan
kebanyakan para pekerja komunitas di seluruh dunia di landasi oleh konsep
kemitraan, kerjasama, pemberdayaan. Bersama pihak terkait lainnya dalam
komunitasnya mereka berupaya dengan sungguh-sungguh untuk mencapai sehat untuk
semua. Tujuan mereka hanya dapat di capai mana kala hak asasi semua pihak,
khususnya para wanita, anak-anak serta semua orang yang terpinggirkan dan lemah
di tingkatkan dan di lindungi. Dengan kata lain, perawat komunitas mengarahkan
upaya-upaya mereka untuk mencapai keadilan social dan kesamaan untuk semua.
Untuk mencapai tujuan ini, perawat komunitas sangat memahami bahwa berbagai
upaya peningkatan kesehatan seharusnya di dasarkan kepada konteks yang lebih
luas. Pada aspek social ekonomi untuk masyarakat setempat, regional, maupun
masalah isu global. Pada batasan suatu Negara dalam pandangan tradisional
secara berangsur hilang dan pembatasan lain juga di tinggalkan, dasar
keterkaitan dunia kita berserta berbagai permasalahannya dapat di lihat secara
mudah dalam kerjasama internasional, regional, maupun setempat untuk memecahkan
berbagai persoalan. Pada saat yang sama dunia kita cenderung mengalami
ketidakstabilan politik dibandingkan dengan situasi sebelum perang dingin, yang
masih relative muda untuk mengidentifikasi mana “teman” dan mana “musuh” kita.
Format baru dari nasionalisme, identitas suku, fundamentalisme agama, maupun
fasisme bermunculan kembali dan mengancam harapan dunia baru yang menginginkan
kedamaian dan keadilan untuk semua.
Visi Departemen
Kesehatan Republik Indonesia adalah memandirikan masyarakat untuk hidup sehat
dengan misi membuat rakyat sehat. Guna mewujudkan visi dan misi tersebut
berbagai program kesehatan telahdikembangkan termasuk pelayanan kesehatan di
rumah. Pelayanan kesehatan dirumah merupakan program yang sudah ada dan perlu
dikembangkan, karena telahmenjadi kebutuhan masyarakat, Salah satu bentuk
pelayanan kesehatan yangsesuai dan memasyarakat serta menyentuh kebutuhan
masyarakat yakni melalui pelayanan keperawatan Kesehatan di rumah atau
Home Care.
Berbagai
faktor yang mendorong perkembangannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat
yaitumelalui pelayanan keperawatan kesehatan di rumah.Hasil kajian Depkes RI
tahun 2000 diperoleh hasil : 97,7 % menyatakan perlu dikembangkan
pelayanan kesehatan di rumah, 87,3 % mengatakan bahwa perlu standarisasi
tenaga, sarana dan pelayanan, serta 91,9 % menyatakan pengelola
keperawatan kesehatan di rumah memerluka ijin oprasional. Berbagaifaktor yang
mendorong perkembangan pelayanan keperawatan kesehatan dirumahatara lain :
Kebutuhan masyarakat, perkembangan IPTEK bidang kesehatan,tersedianya SDM
kesehatan yang mampu memberi pelayanan kesehatan di rumah
B.
Tujuan
1. Tujuan
Umum
Mengetahui konsep
keperawatan komunitas mengenai teori dan praktik
2. Tujuan
Khusus
a.
Menegetahui definisi keperawatan komunitas
b. Mengetahui
tujuan keperawatan komunitas
c.
Mengetahui sasaran, ruang lingkup, falsafah dan filosofi keperawatan
komunitas
d. Mengetahui
prinsip pemberian pelayanan keperawatan komunitas
e.
Mengetahui tatanan praktik dalam keperawatan kesehatan komunitas
f.
Mengetahui konsep model keperawatan yang dapat digunakan dalam pemberian
keperrawatan komunitas
g. Mengetahui
prinsip kperawatan komunitas serta mengetahui sistem rujukan masyarakat.
h. Mengetahui
konsep aspek keterkinian dalam praktik keperawatan komunitas mengenai teori dan
praktik.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Definisi
Keperawatan Komunitas
WHO ( World Health Organitation ) 1974 : mencakup
perawatan kesehatan keluarga ( Nurse Health Family ) dan juga meliputi
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat
mengidentifikasi masalah kesehatan sendiri serta memecahkan masalah kesehatan
tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka meminta
bantuan pada orang lain.
Departemen kesehatan RI ( 1986 ) : keperawatan
kesehatan masyarakat adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan
mengikutsertakan team kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat
kesehatan yang lebih tinggi dari individu, keluarga dan masyarakat.
Winslow ( 1920 ) adalah seorang ahli kesehatan
masyarakat, yang membuat batasan sampai saat ini relevan, yakni public health
atau kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang
hidup, dan meningkatkan efisiensi hidup melalui upaya pengorganisasian
masyarakat untuk :
1. Kelompok
– kelompok masyarakat yang terkoordinir
2. Perbaikan
kesehatan lingkungan
3. Mencegah
dan memberantas penyakit menular
4. Memberikan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat atau perseorangan
5. Dilaksanakan
dengan mengkoordinasikan tenaga kesehatan dalam satu wadah padaan pelayanan
kesehatan masyarakat yang mampu menumbuhkan swadaya masyarakat untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara optimal.
B.
Tujuan
keperawatan komunitas
Keperawatan
komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang dilakukan sebagai
upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui
pelayanan keperawatan langsung (direction) terhadap individu, keluarga dan
kelompok didalam konteks komunitas serta perhatian lagsung terhadap kesehatan
seluruh masyarakat dan mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan masyarakat
yang dapat mempengaruhi individu, keluarga serta masyarakat. Tujuan
keperawatan adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat
melalui upaya:
1. Pelayanan
keperawatan secara langsung ( direct care ) terhadap individu, keluarga dan
kelompok dalam konteks komunitas.
2. Perhatian
langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat ( health general community ) dan
mempertimbangkan bagaimana masalah atau isu kesehatan masyarakat dapat
mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok.
Dan selanjutnya secara spesifik diharapkan : individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk :
1. Mengidentifikasi
masalah kesehatan yang dialami
2. Menetapkan
masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
3. Merumuskan
serta memecahkan masalah
4. Menanggulangi
masalah kesehatan yang mereka alami
5. Mengevaluasi
sejauh mana pemecahan maslah yang mereka hadapi yang akhirnya dapat
meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri ( self care ).
C.
Sasaran
keperawatan komunitas
Seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan
kelompok baik yang sehat maupun yang sakit khususnya mereka yang beresiko
tinggi dalam masyarakat.
1. Individu
Individu adalah
anggota keluarga sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, soaial
dan spiritual. Maka peran perawat adalah membantu agar individu dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya karena kelemahan fisik dan mental yang dialami, keterbatasan
pengetahuannya dan kurangnya kemampuan menuju kemandirian. Perawat memberikan asuhan
keperawatan kepada individu yang mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya
TBC, ibu hamil d1l) yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas dengan sasaran dan
pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan
individu.
2. Keluarga
Keluarga merupakan
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala kepala keluarga, anggota
keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga karena
pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi. Antara keluarga satu dan
yang lainya saling tergantung dan berinteraksi, bila salah satu atau beberapa
anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan maka akan berpengaruh terhadap
anggota yang lainya dan keluarga yang ada disekitarnya. Dari permasalahan
tersebut, maka keluarga merupakan fokus pelayanan kesehatan yang strategis :
a. Keluarga
sebagai lembaga yang perlu diperhitungkan
b. Keluarga
mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruh anggota keluarga
c. Masalah
kesehatan dalam keluarga saling berkaitan
d. Keluarga
sebagai tempat penggambilan keputusan dalam perawatan kesehatan
e. Keluarga
merupakan perantara yang efektif dalam berbagai usaha – usaha kesehatan
masyarakat.
Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat
difo¬kuskan pada keluarga rawan yaitu :
1)
Keluarga
yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan: ibu hamil
yang belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun dan
neo¬natusnya, balita tertentu, penyakit kronis menular yang tidak bisa
diintervensi oleh program, penyakit endemis, penyakit kronis tidak menular atau
keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).
2)
Keluarga
dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang memiliki masalah
gizi, seperti anemia gizi be-rat (HB kurang dari 8 gr%) ataupun Kurang Energi
Kronis (KEK), keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti perdarahan,
infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga dengan
neonates BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo atau keluarga dengan kasus
percobaan bunuh diri.
3)
Keluarga
dengan tindak lanjut perawatan
3.
Kelompok khusus Yaitu sekumpulan individu yang
mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan antara lain :
a)
Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus
sebagai akibat perkembangan dan pertumbuhan seperti : ibu hamil, bayi baru
lahir, anak balita, anak usia sekolah dan usia lansia atau lanjut usia.
b)
Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan, antara lain : kasus penyakit
kelamin, tuberculosis, AIDS, kusta dan lain – lain.
D.
Asumsi Keperawatan Kesehatan
Komunitas
Asumsi
mengenai keperawatan kesehatan komunitas yang dikemukakan ANA (1980) yaitu
keperawatan kesehatan komunitas merupakan system pelayanan kesehatan yang
kompleks, keperawatan kesehatan komunitas merupakan subsistem pelayanan
kesehatan. Penentuan kebijakan kesehatan seharusnya melibatkan penerima
pelayanan, perawat dan klien membentuk hubungan kerja sama yang menunjang
pelayanan kesehatan, lingkungan mempunyai pengaruh terhadap kesehatan klien,
serta kesehatan menjadi tanggung jawab setiap individu.
E.
Karakteristik Keperawatan
Keperawatan
komunitas memiliki beberapa karakteristik, yaitu pelayanan keperawatan yang
diberikan berorientasi kepada pelayanan kelompok, fokus pelayanan utama adalah
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, asuhan keperawatan diberikan
secara komprehensif dan berkelanjutan dengan melibatkan partisipasi
klien/masyarakat, klien memiliki otonomi yang tinggi, fokus perhatian dalam
pelayanan keperawatan lebih kearah pelayanan pada kondisi sehat, pelayanan
memerlukan kolaborasi interdisiplin, perawat secara langsung dapat meng¬kaji
dan mengintervensi klien dan lingkungannya dan pelayanan didasarkan pada
kewaspadaan epidemiologi.
F.
Prinsip Pemberian Pelayanan
Keperawatan Kesehatan Komunitas
Pada
saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas harus rnempertimbangkan
beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan dimana semua tindakan dalam asuhan
keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi komunitas, pelayanan
keperawatan kesehatan komunitas dilakukan bekerjasama dengan klien dalam waktu
yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta melakukan kerjasama lintas
program dan lintas sektoral, asuhan keperawatan diberikan secara langsung
mengkaji dan intervensi, klien dan, lingkungannya termasuk lingkungan sosial,
ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan, pelayanan
keperawatan komunitas juga harus memperhatikan prinsip keadilan dimana tindakan
yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu.
sendiri, prinsip yang lanilla yaitu otonomi dimana klien atau komunitas diberi
kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam
menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.
Prinsip
dasar lainnya dalam keperawatan kesehatan komunitas, yaitu :
1.Keluarga adalah unit utama
dalam pelayanan kesehatan masyarakat
2.Sasaran terdiri dari,
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3.Perawat kesehatan bekerja
dengan masyarakat bukan bekerja untuk masyarakat
4.Pelayanan keperawatan yang
diberikan lebih menekankan pada upaya promotif dan preventif dengan tidak
melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.
5.Dasar utama dalam pelayanan
perawatan kesehatan masyarakat adalah menggunakan pendekatan pemecahan masalah
yang dituangkan dalam proses keperawatan.
6.Kegiatan utama perawatan
kesehatan komunitas adalah di¬masyarakat dan bukan di rumah sakit.
7.Klien adalah masyarakat
secara keseluruhan bark yang sakit maupun yang sehat.
8.Perawatan kesehatan
masyarakat ditekankan kepada pem¬binaan perilaku hidup sehat masyarakat.
9.Tujuan perawatan kesehatan
komunitas adalah meningkat¬kan fungsi kehidupan sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan seoptimal mungkin.
10. Perawat kesehatan komunitas
tidak bekerja secara sendiri tetapi bekerja secara tim.
11. Sebagian besar waktu dari
seorang perawat kesehatan ko¬munitas digunakan untuk kegiatan meningkatkan
kesehatan, pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang sehat atau yang sakit,
penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas, pasien yang baru kembali dari
rumah sakit.
12. Kunjungan rumah sangat
penting.
13. Pendidikan kesehatan
merupakan kegiatan utama.
14. Pelayanan perawatan
kesehatan komunitas harus mengacu pada sistem pelayanan kesehatan yang ada.
15. Pelaksanaan asuhan
keperawatan dilakukan di institusi pela¬yanan kesehatan yaitu puskesmas,
institusi seperti sekolah, panti, dan lainnya dimana keluarga sebagai unit
pelayanan.
G.
Tatanan Praktik Dalam
Keperawatan Kesehatan Komunitas
Perawat
kesehatan komunitas melakukan pekerjaan pada berbagai posisi dengan fokus utama
klien individu, keluarga, dan komunitas. (Archer, 1976). Tatanan praktik dalam
keperawatan kesehatan komunitas sangat luas, karena pada semua tatanan perawat
komunitas dapat memberikan pelayanan dengan penekanan tingkat pencegahan
primer, sekunder dan tertier. Perawat yang bekerja di komunitas dapat bekerja
sebagai perawat keluarga, perawat sekolah, perawat kesehatan kerja atau pegawai
gerontology.
1. Perawat Keluarga
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat
keperawatan tingkat kesehatan masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai
satu kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan perawatan
sebagai upaya (Bailon dan Maglaya, 1978). Perawat keluarga adalah perawat
terregistrasi dan telah lulus dalam bidang keperawatan yang dipersiapkan untuk
praktik memberikan pelayanan individu dan keluarga disepanjang rentang sehat
sakit. Peran yang dilakukan perawat keluarga adalah melaksanakan asuhan
keperawatan keluarga, berpartisipasi dan menggunakan hasil riset, mengembangkan
dan melaksanakan kebijakan dibidang kesehatan, kepemimpinan, pendidikan, case
management dan konsultasi.
2.Perawat Kesehatan Sekolah
Keperawatan sekolah adalah keperawatan yang
difokuskan pada anak ditatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan
mengikut sertakan keluarga maupun masyarakat sekolah dalam perencanaan pelayanan
(Logan, BB, 1986). Fokus utama perawat kesehatan sekolah adalah siswa dan
lingkungannya dan sasaran penunjang adalah guru dan kader.
3.Perawat Kesehatan Kerja
Perawatan kesehatan kerja adalah penerapan
prinsip-prinsip keperawatan dalam memelihara kelestarian kesehatan tenaga kerja
dalam segala bidang pekerjaan. Perawat kesehatan kerja mengaplikasikan praktik
keperawatan dalam upaya memenuhi kebutuhan unik individu, kelompok dan
masyarakat ditatanan industri, pabrik, tempat kerja, tempat konstruksi, universitas
dan lain-lain.
4.Perawat Gerontologi
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah
ilmu yang mempelajari dan memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang
dapat terjadi diberbagai tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk
mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal. Lingkup praktik keperawatan gerontologi adalah
memberikan asuhan keperawatan, melaksanakan advokasi dan bekerja untuk
memaksimalkan kemampuan atau kemandirian lanjut usia, meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan kecacatan dan menunjang
proses kematian yang bermartabat.
H.
Sistem Rujukan
Adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap
satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal maupun horizontal.
Pelayanan kesehatan masyarakat terdiri dari 3 bentuk yaitu :
1. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama ( primary health care )
Pelayanan kesehatan
jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang
sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh karena
jumlah kelompok ini didalam suatu populasi sangat besar ( lebih kurang 85% ),
pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar
( basic health services ), atau juga merupakan pelayanan kesehatan primer atau
utama ( primary health care ). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah
puskesmas yaitu puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan balkesmas.
2. Pelayanan
kesehatan tingkat kedua ( secondary health service )
Pelayanan kesehatan
jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan inap
yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer. Bentuk
pelayanan ini misalnya rumah sakit tipe C dan D memerlukan tersedianya tenaga –
tenaga spesialis.
3. Pelayanan
kesehatan tingkat ketiga ( tertiary health service )
Pelayanan kesehatan
ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang tidak dapat ditangani
oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah komplek dan memerlukan
tenaga – tenaga super spesialis.
I.
Tren
dan Isu Keperawatan Komunitas
Isu yang masih mungkin dihadapi keadaan geografi negara
Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau yang terpencar-pencar, merupakan salah
satu tantangan dalam upaya pembangunan nasional terutama dalam pembangunan
kesehatan.
Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya. Selain itu pembangunan
Kesehatan juga merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak rakyat, yaitu hak
untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan amanat Undang Undang Dasar
1945 dan Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan Pembangunan
kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitas
sumber daya manusia, yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Keadaan lain di Negara Indonesia yang masih merupakan masalah yang harus
dihadapi dalam permasalahan Bidang Kesehatan meliputi :
1. Masih cukup tingginya
disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi.
Permasalahan pembangunan sosial dan budaya yang menjadi perhatian utama antara lain adalah masih rendahnya derajat kesehatan dan status gizi serta tingkat kesejahteraan sosial masyarakat; masih rentannya ketahanan budaya dan belum diberdayakannya kesenian dan pariwisata secara optimal; masih rendahnya kedudukan dan peranan perempuan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan; masih rendahnya partisipasi aktif pemuda dalam pembangunan nasional, belum membudayanya olahraga dan masih rendahnya prestasi olahraga.
Permasalahan pembangunan sosial dan budaya yang menjadi perhatian utama antara lain adalah masih rendahnya derajat kesehatan dan status gizi serta tingkat kesejahteraan sosial masyarakat; masih rentannya ketahanan budaya dan belum diberdayakannya kesenian dan pariwisata secara optimal; masih rendahnya kedudukan dan peranan perempuan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan; masih rendahnya partisipasi aktif pemuda dalam pembangunan nasional, belum membudayanya olahraga dan masih rendahnya prestasi olahraga.
Berbagai permasalahan
tersebut akan diatasi melalui pelaksanaan berbagai program pembangunan yang
mengacu pada arah kebijakan sosial dan budaya yang telah diamanatkan dalam GBHN
1999–2004. Strategi yang digunakan dalam melaksanakan pembangunan bidang sosial
dan budaya adalah desentralisasi; peningkatan peran masyarakat termasuk dunia
usaha; pemberdayaan masyarakat termasuk pemberdayaan perempuan dan keluarga;
penguatan kelembagaan termasuk peningkatan koordinasi antarsektor dan
antarlembaga.
Lingkungan sosial budaya
yang erat kaitannya dengan masalah kesehatan harus dilihat dari segi kehidupan
masyarakat secara luas. Faktor-faktor keasyarakatan tersebuit antara lain
struktur sosial, ekonomi dan budaya. Ini meliputi kecerdasan rakyat, kesadaran
rakyat untuk memlihara kesehatan dirinya sendiri.
Makin bertambah tinggi
tingkat pendidikan masyarakat kan tercipta perilaku dan sikap yang baik
terhadapa hidup sehat yang menguntungkan uipaya kesehatan. Masyarakat agraris
pada umumnya lebih lamban menanggapi perubahan nilai sosila budaya termasuk
ekonomi, hingga sulit mengatasi masalah kemiskinan maupun pengembangan sosial
dan budaya, yang justru berpengaruh pada sikap dan perilaku hidup sehat.
2. Mobilitas penduduk yang
cukup tinggi ;
Upaya pengendalian pertumbuhan telah berhasil
dengan baik terutama melalui gerakan Keluarga Berencana. Namun pertambahan
jumlah penduduk dan perbandingan penduduk usia muda yang masih besar, serta
penyebaran peduduk yang masih belum merata, menimbulkan masalah. Perbandingan
jumlah penduduk wanita dan pria, tidak akan banyak berubah dari keadaan
sekarang, yaitu 100 orang wanita terhadap 96,8 pria. Jumlah penduduk berusia 40
tahun keatas, secara relatif akan bertambah. Ini berarti perlunya peningkatan
pelayanan untuk penyakit-penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit
jantung, dan penyakit degeneratif lainnya yang biasa diderita oleh penduduk
berusia 40 tahun keatas, yang relatif lebih mahal pelayanannya dibandingkan dengan
penyakit menular.
Dengan demikian ciri kependudukan di
Indonesia sampai sekarang masih cenderung bergerak lamban dari penduduk usia
muda ke arah penduduk usia tua. Karena itu upaya kesehatan masih ditujukan
terutama kepada penyakit-penyakit yang banyak dideriita oleh anak-anak di bawah
usia 5 tahun, dengan tidak melupakan pula berbagai penyakit yang lazim diderita
oleh golongan umur produktif yang makin besar jumlahnya serta perubahan
ciri-ciri penyakit di masa akan datang
3. Kondisi kesehatan
lingkungan masih rendah;
Pencemaran lingkungan dewasa ini selain
terutama disebabkan karena kebiasaan membuang kotoran yang tidak semestinya
juga disebabkan oleh pencemaran air dan tanah serta udara karena bahan buangan
industri, limbah pertanian dan pertambangan serta pencemaran udara karena
kenderaan bermotor.
Pencemaran makanan dan minuman dapat terjadi
karena hygiene dan sanitasi yang belum memadai, pemakaian bahan tambahan,
pemakaian pestisida untuk menyelamatkan produksi pangan dan keadaan lingkungan
yang makin tercemar.
Mengenai perumahan, bahwa dewasa ini masih
banyak penduduk menempati rumah dan pemukiman yang tidak layak, yang merugikan
kondisi kesehatan diri sendiri dan lingkungan.
4. Perilaku hidup sehat
masyarakat yang masih rendah;
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok.
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok.
a.
Tidak
merokok. merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam
penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-olah
sudah membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok. bahkan dari
hasil suatu penelitian, sekitar 15% remaja kita telah merokok. inilah tantangan
pendidikan kesehatan kita.
b.
Tidak
minum-minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minuman keras dan mengkonsumsi
narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya) juga cenderung meningkat.
Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan
minuman keras ini.
Istirahat cukup. dengan meningkatnya
kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian lingkungan modern,
mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga kurang waktu
istirahat. hal ini dapat juga membahayakan kesehatan.Mengendalikan stres. Stres
akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan.
Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti diuraikan di
atas. Kecenderungan stres akan meningkat pada setiap orang. stres tidak dapat
kita hindari, maka yang penting agar stres tidak menyebabkan gangguan
kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stres dengan
kegiatan-kegiatan yang positif.
c.
Perilaku
atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya : tidak
berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan
lingkungan, dan sebagainya. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu Upaya
untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social
support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk
membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan
rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga,
memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
5. Keterbatasan pelayanan
kesehatan ; Dalam rangka pemerataan
pengembangan dan pembinaan kesehatan masyarakat, khususnya yang berpenghasilan
rendah, telah dibangun Pusat-Pusat Kesehatan Masyarakat. Dewasa ini seluruh
kecamatan sudah mempunyai sekurang-kurangnya sebuah Puskesmas serta beberapa
Puskesmas Pembantu. Jangkauan upaya pelayanan Puskesmas dan Puskemsas pemantu
masih belum memadai terutama di daerah pedesaan yang sulit perhubungannya atau
daerah terpencil. Untuk mengatasi itu diadakan Puskesmas Keliling dan Polindes
untuk membantu memberiakan pelayanan kepeda penduduk. Namun belum semua desa
bisa terjangkau.
Upaya pelayanan kesehatan yang mmenyeluruh dan terpadu hanya mungkin diwujudkan jika sistem rujukan dikembangkan dengan meningkatkan sarana dalam arti luas, yakni pengembangan rumah sakit yang memenuhi syarat medis teknis serta kejelasan tanggung jawab antara Puskesmas dan Rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta.
Upaya pelayanan kesehatan yang mmenyeluruh dan terpadu hanya mungkin diwujudkan jika sistem rujukan dikembangkan dengan meningkatkan sarana dalam arti luas, yakni pengembangan rumah sakit yang memenuhi syarat medis teknis serta kejelasan tanggung jawab antara Puskesmas dan Rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta.
6. Jumlah tenaga kesehatan
masih kurang merata, masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas
dan jaringannya, masih rendahnya kinerja SDM Kesehatan.
Secara
umum dapat dikatakan bahwa baik tenaga medis maupun tenaga paramedis jumlah dan
mutunya serta pemerataannya masih belum memadai. Hampir seluruh dokter dan
sebagian besar tenaga paramedis adalah pegawai negeri, sedangkan banyak tenaga
medis merangkap melayani usaha kesehatan swasta. Hal ini dapat mengurangi mutu
pelayanan kesehatan-kesehatan pemerintah. Perbandingan jumlah dokter dan
paramedis serta tenaga kesehatan lainnya terhadap jumlah penduduk masih jauh
dari memuaskan. Pola ketenagaan untuk unit-unit pelayanan kesehatan serta
pendidikan dan latihannya masih perlu dimantapkan.
Sistem
pengelolaan tenaga kesehatan yang baru dirintis belum sepenuhnya memungkinkan
pembinaan tenaga kesehatan berdasarkan sistem karier dan prestasi kerja. Dengan
meningkatnya kecepatan pembangunan bidang kesehatan sebagi bagian dari
pembangunan nsional, kiranya masalah ketenagaan tersebut juga akan cenderung
meningkat pula. Karena itu masalah ketenagaan perlu mendapatkan prioritas
penggarapan baik untuk jangka pendek maupun menengah dan jangka panjang.
7. Pemanfaatan fasilitas
kesehatan yang ada belum optimal ;
Pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
Pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
Fasilitas kesehatan sebagi salah satu sumber
daya kesehatan sampai dewasa ini telah dikembangkan tahap demi tahap sesuai
dengan keperluan. Jumlah dan fungsi rumah sakit baik pemerintah maupun swasta
telah pula ditingkatkan. Peningkatan rumah sakit ini merupakan salah satu
kegiatan dari peningkatan upaya kesehatan rujukan, yang dimaksudkan untuk lebih
menunjang upaya kesehatan Puskesmas. Demikian pula fasilitas kesehatan lainnya
seperti laboratorium , kantor, perumahan dinas, fasilitas pendidikan dan
latihan dan yang lainnya telah pula ditingkatkan. Namun pamanfaatan terhadap
fasiltas tersebut masih belum optimal, hal ini dapat kita lihat dari sedikitnya
jumlah kunjungan rawat jalan di Puskesmas dibandingkan dengan kunjungan ke
praktek pribadi medis maupun paramedis. Selain itu masih adanya pemanfaatan
pengobatan pada praktik perdukunan pada sebagain masyarakat di pedesaan.
8. Akses masyarakat untuk
mencapai fasilitas kesehatan yang ada belum optimal.
Akses yang dimaksud adalah sarana pendukung seperti sarana jalan dan transfortasi yang masih belum baik dan kurang. Di daerah terbelakang dan terpencil sampai saat ini untuk sarana jalan dan transfortasi dapat dikatakan kurang mendukung. Untuk mencapai fasilitas kesehatan terkadang membutuhkan waktu berhari-hari hanya untuk mengobati sakit sanak keluarga masyarakat di desa terpencil tersebut. Permasalah ini tidak lepas juga dengan letak geografis darah tersebut. Selain itu tidak semua desa tertinggal atau terpencil ditempatkan petugas kesehatan dikarenakan masih kurangnya tenaga kesehatan.
Akses yang dimaksud adalah sarana pendukung seperti sarana jalan dan transfortasi yang masih belum baik dan kurang. Di daerah terbelakang dan terpencil sampai saat ini untuk sarana jalan dan transfortasi dapat dikatakan kurang mendukung. Untuk mencapai fasilitas kesehatan terkadang membutuhkan waktu berhari-hari hanya untuk mengobati sakit sanak keluarga masyarakat di desa terpencil tersebut. Permasalah ini tidak lepas juga dengan letak geografis darah tersebut. Selain itu tidak semua desa tertinggal atau terpencil ditempatkan petugas kesehatan dikarenakan masih kurangnya tenaga kesehatan.
9. Peran lintas sektor dalam
bidang kesehatan belum optimal.
Di antara faktor-faktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembangunan amntara lain adalah kertja sama lintas sektor. Kerja sama yang dimaksud adalah kerja sama berbagao sektor pembangunan, kerjasama pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta. Yang masih perlu ditingkatkan adalah kerja sama lintas sektor yang diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta, baik dari segi teknis opersional maupun administratif, ketengaan dan kejelasan mekanisme kerja bahkan termasuk aspek-aspek hukum yang dapat memantapkan kerja sama secara luas. Kerja sama llintas sektor sering sukar diwujudkan jika kerja sama tersebut tidak didasari oleh saling pengertian dan keterbukaan yang mendalam antara komponen yang terlibat serta tidak ada kejelasan tentang tujuan bersama. Peran yang harus dilakukan oleh masing-masing komponen dalam kerja sama itu dan mekanisme kerjanya perlu dirumuskan.
Di antara faktor-faktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembangunan amntara lain adalah kertja sama lintas sektor. Kerja sama yang dimaksud adalah kerja sama berbagao sektor pembangunan, kerjasama pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta. Yang masih perlu ditingkatkan adalah kerja sama lintas sektor yang diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta, baik dari segi teknis opersional maupun administratif, ketengaan dan kejelasan mekanisme kerja bahkan termasuk aspek-aspek hukum yang dapat memantapkan kerja sama secara luas. Kerja sama llintas sektor sering sukar diwujudkan jika kerja sama tersebut tidak didasari oleh saling pengertian dan keterbukaan yang mendalam antara komponen yang terlibat serta tidak ada kejelasan tentang tujuan bersama. Peran yang harus dilakukan oleh masing-masing komponen dalam kerja sama itu dan mekanisme kerjanya perlu dirumuskan.
J.
Trend
Keperawatan Komunitas dan Implikasinya di Indonesia
Perawatan kesehatan menurut
Ruth B. Freeman (1961) adalah sebagai suatu lapangan khusus di bidang
kesehatan, keterampilan hubungan antar manusia danketerampilan terorganisasi
diterapkan dalam hubungan yang serasi kepadaketerampilan anggota profesi
kesehatan lain dan kepada tenaga sosial demi untuk memelihara kesehatan
masyarakat. Oleh karenanya perawatan kesehatan masyarakatditujukan kepada
individu-individu, keluarga, kelompok-kelompok yangmempengaruhi kesehatan
terhadap keseluruhan penduduk, peningkatan kesehatan, pemeliharaan
kesehatan, penyuluhan kesehatan, koordinasi dan pelayanankeperawatan
berkelanjutan dipergunakan dalam pendekatan yang menyeluruhterhadap keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Pengembangan kesehatan
masyarakat di Indonesia yang telah dijalankanselama ini masih memperlihatkan
adanya ketidaksesuaian antara pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat
dengan tanggapan masyarakat, manfaat yangdiperoleh masyarakat, dan partisipasi
masyarakat yang diharapkan. Meskipun didalam Undang-undang No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan telah ditegaskan bahwatujuan pembangunan kesehatan masyarakat
salah satunya adalah meningkatkankemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatannya. Oleh karena itu pemerintah maupun pihak-pihak yang memiliki
perhatian cukup besar terhadap pembangunan kesehatan masyarakat termasuk
perawat spesialis comunitas perlumencoba mencari terobosan yang kreatif agar program-program
tersebut dapatdilaksanakan secara optimal dan berkesinambungan.Salah satu
intervensi keperawatan komunitas di Indonesia yang belum banyak digali
adalah kemampuan perawat spesialis komunitas dalam membangun jejaringkemitraan
di masyarakat. Padahal, membina hubungan dan bekerja sama denganelemen lain
dalam masyarakat merupakan salah satu pendekatan yang memiliki pengaruh
signifikan pada keberhasilan program pengembangan kesehatan masyarakat(Kahan
& Goodstadt, 2001). Pada bagian lain Ervin (2002) menegaskan bahwa perawat
spesialis komunitas memiliki tugas yang sangat penting untuk membangundan
membina kemitraan dengan anggota masyarakat. Bahkan Ervin mengatakan bahwa
kemitraan merupakan tujuan utama dalam konsep masyarakat sebagai sebuahsumber
daya yang perlu dioptimalkan (community-as-resource)
dimana perawat spesialis
komunitas harus memiliki ketrampilan memahami dan bekerja bersamaanggota
masyarakat dalam menciptakan perubahan di masyarakat. Terdapat limamodel
kemitraan yang menurut anggapan penulis cenderung dapat dipahami sebagaisebuah
ideologi kemitraan, sebab model tersebut merupakan azas dan nafas kitadalam
membangun kemitraan dengan anggota masyarakat lainnya. Model kemitraan tersebut
antara lain:
1. Kepemimpinan (manageralism)
(Rees, 2005),
2. Pluralism baru
(new-pluralism)
3. Radikalisme berorientasi
pada Negara (state-oriented radicalism)
4. Kewirausahaan
(entrepreneurialism)
5. Dan membangun gerakan
(movement-building) (Batsler dan Randall,1992).
Berkaitan dengan praktik
keperawatan komunitas di atas, maka modelkemitraan yang sesuai untuk
mengorganisasi elemen masyarakat dalam upaya pengembangan derajat
kesehatan masyarakat dalam jangka panjang adalah modelkewirausahaan
(entrepreneurialism). Model kewirausahaan memiliki dua prinsip utama, yaitu
prinsip otonomi (autonomy) kemudian diterjemahkan sebagai upaya advokasi
masyarakat dan prinsip penentuan nasib sendiri (self-determination)
yangselanjutnya diterjemahkan sebagai prinsip kewirausahaan.
Praktik keperawatanmandiri
atau kelompok hubungannya dengan anggota masyarakat dapat dipandangsebagai
sebuah institusi yang memiliki dua misi sekaligus, yaitu sebagai
institusiekonomi dan institusi yang dapat memberikan pembelaan pada
kepentinganmasyarakat terutama berkaitan dengan azas keadilan sosial dan azas
pemerataan bidang kesehatan. Oleh karenanya praktik keperawatan sebagai
institusi sangatterpengaruh dengan dinamika perkembangan masyarakat (William,
2004; Korsching& Allen, 2004), dan perkembangan kemasyarakatan tentunya
juga akanmempengaruhi bentuk dan konteks kemitraan yang berpeluang
dikembangkan(Robinson, 2005) sesuai dengan slogan National Council for
Voluntary Organizations(NCVO) yang berbunyi : “New Times, New Challenges”
(Batsler dan Randall, 1992). Pada bagian lain, saat ini mulai terlihat
kecenderungan adanya perubahan pola permintaan pelayanan kesehatan pada
golongan masyarakat tertentu dari pelayanan kesehatan tradisional di rumah
sakit beralih ke pelayanan keperawatan dirumah disebabkan karena terjadinya
peningkatan pembiayaan kesehatan yang cukup besar dibanding sebelumnya
(Depkes RI, 2004a, 2004b; Sharkey, 2000; MacAdam,2000).Sedangkan secara
filosofis, saat ini telah terjadi perubahan “paradigma sakit”
yangmenitikberatkan pada upaya kuratif ke arah “paradigma sehat” yang melihat
penyakitdan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen,
1996).
Sehingga situasi tersebut
dapat dijadikan peluang untuk mengembangkan praktik keperawatan komunitas
beserta pendekatan kemitraan yang sesuai di Indonesia.
K.
Model
praktik keterkinian/trend dan isu dalam keperawatan komunitas
Konsep dasar tentang
tren (trend) adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa
berbasis teknikal. Semua aspek yang ada bertujuan sama yaitu untuk membantu mengukur tren suatu hal atau topik,
dalam rangka berpartisipasi dalam tren
tersebut. Anda mungkin sering mendengar istilah populer seperti “always trade in the direction of the trend”, “never
buck the trend”, atau “the trend is your friend”. Tulisan singkat ini mencoba
mengupas dan mendefinisikan apa yang dimaksud dengan tren dan mengklasifikasikannya dalam beberapa kategori.
Secara umum, tren adalah
ke arah mana sesuatu bergerak. Tapi kita membutuhkan definisi yang lebih akurat untuk dapat
memanfaatkannya dalam analisa teknikal. Pertama yang harus diingat adalah bahwa
gerakan kepopuleran atau sesuatu yang aktual tidak berbentuk garis lurus ke
satu arah. Melainkan bergerak dalam bentuk serangkaian zigzag.
Gerakan Zigzag ini membentuk rangkaian gelombang yang
berurutan, dengan puncak (peak/top)
dan “tembusan” (through) yang cukup jelas. Arah peak dan through ini yang menentukan tren. Peak dan
trough ini bergerak naik turun, atau menyamping (sideways). Arah gerakan inilah yang memberitahukan kita tentang
sebuah tren. Sebuah tren menaik (uptrend) didefinisikan
sebagai serangkaian urutan peak dan through yang menaik.
Tren menurun (downtrend)
adalah kebalikannya, yaitu serangkaian peak dan through yang semakin menurun.
Adapun serangkaian peak dan through yang cenderung menyamping disebut sebagai sideways/ranging. Namun tren yang dimaksud disini adalah tren yang bergerak naik yang ditandai dengan peak dan
trough.
Jadi, Tren keperawatan
komunitas adalah sesuatu yang sedang booming, actual, dan sedang hangat
diperbincangkan dalam ruang lingkup keperawatan komunitas.
Isu adalah suatu
peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi di
masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum,
pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang
krisis.
Secara sederhana isu
dapat diartikan sebagai sebuah persoalan, atau isu dapat juga dikatakan sebagai
sebuah masalah, sesuatu yang sedang menjadi perhatian, yang terlintas khabar,
desas desus atau banyak lagi peristilahan lain. Isu berarti sebuah pokok
persoalan.
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia Tahun 1997, isu adalah “masalah yang dikedepankan”. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 1993,
isu adalah :
1. Masalah yang dikedepankan untuk ditangani;
2. Kabar angin yang tidak jelas asal usulnya dan tidak
terjamin kebenarannya;
3. Kabar, desas-desus.
Dalam praktiknya, aktual
memiliki beberapa makna antara lain: benar terjadi atau akan terjadi, sedang menjadi perhatian orang banyak dan
merupakan berita hangat. Jadi, isu keperawatan
komunitas adalah suatu masalah yang dikedepankan untuk ditangani atau desas
- desus dalam ruang lingkup keperawatan komunitas.
1. Home Care
Kesehatan merupakan hal yang
sangat dibutuhkan oleh setiap manusia, hal ini tercermin dari banyaknya jumlah
penderita yang datang ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pengobatan
dan perawatan.Mereka datang dari berbagai golongan yang berbeda, mulai dari
golongan ekonomi kelas tinggi hingga ekonomi kelas bawah.
Sebagaimana pencanangan “Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan” pada
1Maret 1999 oleh presiden RI, yang salah satu strateginya adalah“Pembangunan
Kesehatan Nasional Menuju Indonesia Sehat Tahun 2012”dan diperkuat oleh
perubahan amandemen UUD 1945, tap MPR No.3 th2000 dan Tap MPR No. VI tahun
2002, membuktikan kuatnya kepedulian pemerintah akan arti pentingnya
sebuah bangsa yang sehat. Semakin banyaknya pelayanan kesehatan saat ini
menyebabkan berbagai pelayanan memberikan service yang lebih memuaskan
pelanggan, hal ini menyebabkan tingginya tarif rumah sakit yang tidak mampu
ditanggung oleh masyarakat biasa / kelas menengah ke bawah.
Tingginya jumlah pasien yang masuk ke rumah sakit dan kurangnya perawatan
yangdiberikan pada rumah sakit menyebabkan LOS (length of stay/lama tinggaldi
RS) menjadi semakin panjang sehingga banyak di antara penderita/keluarga
merasa keberatan dengan biaya yang harus dibayar untuk biaya
perawatan. Hal ini terjadi hampir di semua bangsal perawatan.
Di sisi lain rumah sakit dan
institusi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kualitasnya, salah satu
caranya dengan melakukan evaluasi terhadap peningkatan ”Bed Occupancy Rates”,
peningkatan rawat jalan pasca bedah, pemulangan pasien lebih awal, yang
merupakan trend untuk peningkatan mutu pelayanan (Setyawati, 2004).
Selain itu kasus penyakit terminal yang tidak efektif dan tidak efisien di
rawat di Rumah Sakit diharapkan untuk mengikuti perawatan di rumah. Hasil
penelitian Rini dan Alin (2008) pada pasien pasca stroke menyatakan mereka
membutuhkan program pelayanan home care yang dilakukan oleh home care agency
karena pihak keluarga kurang mampu melaksanakan perawatan dan rehabilitasi
pasca stroke secara mandiri di rumah selain juga karena keterbatasan waktu yang
ada. Adapun penelitian Megawati(2004) pada pasien yang sedang mengikuti home
care di rumah sakit, mereka setuju adanya home care dengan biaya lebih murah.
Menurut Depkes RI (2002) mendefinisikan bahwa home care adalah pelayanan
kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada
individu, keluarga, di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan/memaksimalkan kemandirian
dan meminimalkan kecacatan akibat dari penyakit.
Layanan diberikan sesuai
dengan kebutuhan pasien/keluarga yang direncanakan, dikoordinir, oleh
pemberi layanan melalui staff yang diatur berdasarkan perjanjian bersama. Salah
satu tujuan dari pelayanan keperawatan professional adalah memberikan pelayanan
keperawatan yang holistic (menyeluruh) bio, psiko, sosio, dan
cultural kepada individu, kelompok dan masyarakat sesuai dengan kebutuhan
dasarnya. Pelayanan yang bersifat holistic ini akan lebih lengkap dengan
pemberian pelayanan keperawatan lanjutan dirumah dengan home health care.
Mengingat hal-hal tersebut diatas, maka Home health Care sebagai jembatan
antara rumah sakit dan masyarakat dalam sektor kesehatan harus berperan
aktif dalam ikut mendukung program pembangunan di masa yang akan datang, namun
dengan tidak mengabaikan aspek sosial dan menjaga martabat moral etika sesuai
dengan etika ketimuran yang ada dimasyarakat. Berdasarkan pertimbangan yang ada
sudah selayaknya terbentuk suatu jasa pelayanan yang bersifat sosial
sekaligus ekonomis yaitu dengan adanya jasa pelayanan home health care.
Oleh karena itu jasa pelayanan kesehatan yang bersifat sosial tetapi tetap
memperhatikan nilai ekonomis maka perlu disusun dalam suatu perencanaan baik.
1) Kegiatan home care
Manajemen Kasus
Home Care
a. Melakukan seleksi
kasusa.
a) Resiko tinggi (
Bayi, balita, lansia, ibu maternal )
b) Cidera tulang
belakang cidera kepalac.
c) Coma, Diabetes
mellitus, gagal jantung, asma beratd.
d) Strokee.
e) Amputasif.
f) Ketergantungan
obatg.
g) Luka kronish.
h) Disfungsi kandung
kemihi.
i) Rehabilitasi
medik
j) Nutrisi
melalui infusk.
k) Post partum dan
masalah reproduksil.
l) Psikiatrim.
Kekerasan dalam rumah tangga.
m) Melakukan pengkajian kebutuhan
pasien.
b.Kondii
fisik
a) Kondisi
psikologisc.
b) Status sosial
ekonomid.
c) Pola prilaku
pasiene.
d) Sumber- sumber
yang tersedia di keluarga pasien
c. Membuat
perencanaan pelayanana.
a) Membuat rencana
kunjungan
b) Membuat rencana
tindakan
c) Menyeleksi sumber-
sumber yang tersedia di keluarga/ masyarakat.
d. Melakukan
koordinasi pelayanana.
a)Memberi
informasi berbagai macam pelayanan yang tersedia.
b) Membuat perjanjian
kepada pasien da keluarga tentang pelayanan
c)Menkoordinasikan
kegiatan tim sesuai jadwald. Melakukan rujukan pasien.
e. Melakukan
pemantauan dan evaluasi pelayanan.
a)Memonitor
tindakan yang dilakukan oleh tim.
b) Menilai hasil
akhir pelayanan (sembuh, rujuk, meninggal, menolak )
c)Mengevaluasi
proses manajemen kasusd. Monitoring dan evaluasi kepuasan pasien secara teratur
2) Pelayanan
keperawatan Home Care Meliputi:
Pelayanan
keperawatan yang diberikan meliputi pelayanan primer, sekunder dan
tersier yang berfokus pada asuhan keperawatan klien melalui kerjasama
dengan keluarga dantim kesehatan lainnya. Perawatan kesehatan di rumah adalah
spektrum kesehatan yangluas dari pelayanan sosial yang ditawarkan pada
lingkungan rumah untuk memulihkanketidakmampuan dan membantu klien yang
menderita penyakit kronis (NAHC, 1994).
3) Perkembangan
Perawatan Kesehatan di Rumah
Sejauh ini
bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang dikenal masyarakat dalam
sistem pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat inap dan rawat jalan.
Pada sisi lain banyak anggota masyarakat yang menderita sakit karena
berbagai pertimbangan terpaksa dirawatdi rumah dan tidak dirawat inap di
institusi pelayanan kesehatan. Faktor-faktor yangmendorong perkembangan
perawatan kesehatan di rumah adalah :Kasus-kasus efisien lagi penyakit terminal
dianggap tidak efektif dan tidak apabiladirawat di institusi pelayanan
kesehatan. Misalnya pasien kanker stadium akhir yangsecara medis belum ada
upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai kesembuhan,Keterbatasan masyarakat
untuk membiayai kasus-kasus penyakit degeneratif yang pelayanan kesehatan
pada memerlukan perawatan yang relatif lama. Dengandemikian berdampak pada
makin meningkatnya kasus-kasus yang memerlukan tindak lanjut keperawatan
di rumah. Misalnya pasien pasca stroke yang mengalami komplikasikelumpuhan dan
memerlukan pelayanan rehabilitasi yang membutuhkan waktu
relatif lama,Manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profit, bahwa
perawatan klien yangsangat lama (lebih 1 minggu) merasakan tidak menguntungkan
bahkan menjadi beban bagi manajemen,Banyak orang kesehatan merasakan bahwa
dirawat inap di institusi pelayananmembatasi kehidupan manusia, karena
seseorang tidak dapat menikmati kehidupansecara optimal karena terikat dengan
aturan-aturan yang ditetapkan,Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih
nyaman bagi klien dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit, sehingga
sebagian dapat mempercepat kesembuhan(Depkes, 2002).
4) Tujuan Perawatan
Kesehatan Home Care
Perawatan
kesehatan di rumah bertujuan :
a. Membantu klien
memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan kualitashidupnya.
b. Meningkatkan
keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga denganmasalah
kesehatan dan kecacatan
c. Menguatkan fungsi
keluarga dan kedekatan antar keluarga
d. Membantu klien
tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan perawatan yangdiperlukan,
rehabilitasi atau perawatan paliatif,5. Biaya kesehatan akan lebih terkendali.
5) Ruang Lingkup
Keperawatan Home Care
Secara umum lingkup perawatan kesehatan di rumah
dapat di kelompokkan sebagai berikut :
a. Pelayanan medik
dan asuhan keperawatan
b. Pelayanan sosial
dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik
c. Pelayanan
rehabilitasi dan terapi fisik
d. Pelayanan
informasi dan rujukan
e. Pendidikan,
pelatihan dan penyuluhan kesehatan
f. Higiene dan
sanitasi perorangan serta lingkungan
g. Pelayanan
perbaikan untuk kegiatan social
MenurutRice R (2001) jenis kasus yang dapat
dilayani pada perawatan kesehatan dirumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca
perawatan di rumah sakit dan kasus-kasuskhusus yang di jumpai di
komunitas.Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah sakit adalah:
a. Klien dengan
penyakit obstruktif paru kronis,
b. Klien dengan
penyakit gagal jantung
c. Klien dengan
gangguan oksigenasi,
d. Klien dengan
perlukaan kronis
e. Klien dengan
diabetes,
f. Klien dengan
gangguan fungsi perkemihan,
g. Klien dengan
kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi,
h. Klien dengan
terapi cairan infus di rumah,
i. Klien
dengan gangguan fungsi persyarafan,
j. Klien
dengan HIV/AIDS.
Sedangkan kasus
dengan kondisi khusus, meliputi :
a. Klien dengan post
partum,
b. Klien dengan
gangguan kesehatan mental,
c. Klien dengan
kondisi usia lanjut,
d. Klien dengan
kondisi terminal.
6)
Model / Teori Yang Mendukung Home Care
Terdapat beberapa model/ teori keperawatan yang
mendukung Home care diantaranya:
a.
Teori Transkultural
nursing (Leininger)
Model/ teori keperawatan transkultural nursing
memfokuskan pada penanganan harus memperhatikan budaya pasien. Adapun
konsep model/ teori keperawatan ini berorientasi pada culture, cultural
care diversity, cultural care universality, nursing, worldview,
dimensi struktur budaya dan social, konteks lingkungan, ethnohistory,
generic ( folk or lay) care system, sistem perawatan profesional,
kesehatan, care/caring, culture care preservation, accomodation dan repatterning.
Teori Leininger dan paradigma keperawatan Leininger mengkritisi empat konsep
keperawatan yaitu manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan. Definisi
konseptual menurut asumsi dan teori dari Madeleine Leininger yaitu:
a)
Manusia seseorang yang diberi perawatan dan harus
diperhatikan kebutuhannya.
b)
Kesehatan yaitu konsep yang penting dalam perawatan
transkultural.
c) Lingkungan
tidak didefinisikan secara khusus, namun jika dilihat bahwa telah terwakili
dalam kebudayaan, maka lingkungan adalah inti utama dari teori M. Leininger.
d)
Keperawatan menyajikan 3 tindakan yang sebangun dengan
kebudayaan klien yaitu cultural care preservation, accomodation
dan repatterning.
b. Teori
Self Care ( Dorothea Orem )
Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan
keperawatan ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan
keperawatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Orem mengklasifikasikan
dalam 3 kebutuhan, yaitu:
a)
Universal self care
requisites (kebutuhan perawatan diri universal): kebutuhan yang umumnya
dibutuhkan oleh manusia selama siklus kehidupannya seperti kebutuhan fisiologis
dan psikososial termasuk kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi, aktivitas,
istirahat, sosial, dan pencegahan bahaya. Hal tersebut dibutuhkan manusia untuk
perkembangan dan pertumbuhan, penyesuaian terhadap lingkungan, dan lainnya yang
berguna bagi kelangsungan hidupnya.
b)
Development self care
requisites (kebutuhan perawatan diri pengembangan): kebutuhan
yang berhubungan dengan pertumbuhan manusia dan proses perkembangannya,
kondisi, peristiwa yang terjadi selama variasi tahap dalam siklus kehidupan
(misal, bayi prematur dan kehamilan) dan kejadian yang dapat berpengaruh buruk
terhadap perkembangan. Hal ini berguna untuk meningkatkan proses perkembangan
sepanjang siklus hidup.
c)
Health deviation self
care requisites (kebutuhan
perawatan diri penyimpangan kesehatan): kebutuhan yang berhubungan dengan
genetik atau keturunan, kerusakan struktur manusia, kerusakan atau
penyimpanngan cara, struktur norma, penyimpangan fungsi atau peran dengan
pengaruhnya, diagnosa medis dan penatalaksanaan terukur beserta pengaruhnya,
dan integritas yang dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk melakukan self
care.
Ø Tiga jenis kebutuhan tersebut didasarkan oleh beberapa
asumsi, yaitu:
- Human
being (Kehidupan manusia): oleh alam, memiliki kebutuhan umum akan pemenuhan
beberapa zat (udara, air, dan makanan) dan untuk mengelola kondisi kehidupan
yang menyokong proses hidup, pembentukan dan pemeliharaan integritas
struktural, serta pemeliharaan dan peningkatan integritas fungsional.
- Perkembangan
manusia: dari kehidupan di dalam rahim hingga pematangan ke dewasaan memerlukan
pembentukan dan pemeliharaan kondisi yang meningkatkan proses pertumbuhan dan
perkembangan di setiap periode dalam daur hidup.
- Kerusakan
genetik maupun perkembangan dan penyimpangan dari struktur normal dan
integritas fungsional serta kesehatan menimbulkan beberapa
persyaratan/permintaan untuk pencegahan, tindakan pengaturan untuk mengontrol
perluasan dan mengurangi dampaknya.
Asuhan
keperawatan mandiri dilakukan dengan memperhatikan tingkat ketergantuangan atau
kebutuhan klien dan kemampuan klien. Oleh karena itu ada 3 tingkatan dalam
asuhan keperawatan mandiri, yaitu:
a) Perawat
memberi keperawatan total ketika pertama kali asuhan keperawatan dilakukan
karena tingkat ketergantungan klien yang tinggi (sistem pengganti keseluruhan).
b) Perawat
dan pasien saling berkolaborasi dalam tindakan keperawatan (sistem pengganti
sebagian).
c) Pasien
merawat diri sendiri dengan bimbingan perawat (sistem dukungan/pendidikan).
c.
Teori Lingkungan
(Florence Nihgtingale)
Teori/model konsep Florence Nightingale memposisikan
lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami
seluruh proses penyakit, model dan konsep ini dalam upaya memisahkan antara
profesi keperawatan dangan kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan /
tindakan keperawatan lebih diorientasikan pada pemberian udara, lampu,
kenyamanan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adequate, dengan dimulai
dari pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya
teori tersebut dalam rangka perawat mampu menjalankan praktik keperawatan
mandiri tanpa bergantung pada profesi lain. Model dan konsep ini memberikan
inspisi dalam perkembangan praktik keperawatan, sehingga akhirnya dikembangkan
secara luas, paradigma perawat dalam tindakan keperawatan hanya memberikan
kebersihan lingkungan kurang benar, akan tetapi lingkungan dapat mempengaruhi
proses perawatan pada pasien, sehingga perlu diperhatikan.
d.
Manusia Sebagai Unit
(Rogers)
Berdasarkan teori Rogers sakit timbul akibat
ketidakseimbangan energi penanganan dengan metode terapi modalitas/
komplementer. Rogers mengungkapkan bahwa aktivitas yang di dasari prinsip –
prinsip kreativitas, seni dan imaginasi. Aktivitas keperawatan dinyatakan
Rogers merupakan aktivitas yang berakar pada dasar ilmu pengetahuan abstrak,
pemikiran intelektual, dan hati nurani. Rogers menekankan bahwa keperawatan
adalah disiplin ilmu yang dalam aktifitasnya mengedepankan aplikasi
keterampilan, dan teknologi. Aktivitas keperawatan meliputi pengkajian,
intervensi, dan pelayanan rehabilitatif senantiasa berdasar pada konsep
pemahaman manusia / individu seutuhnya.
Dasar teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul
manusia dan alam semesta seperti antropologi, sosiologi, agama, filosofi,
perkembangan sejarah dan mitologi. Teori Rogers berfokus pada proses kehidupan
manusia secara utuh. Ilmu keperawatan adalah ilmu yang mempelajari manusia,
alam dan perkembangan manusia secara langsung.
Berdasarkan pada kerangka konsep yang dikembangkan
oleh Roger ada 5 asumsi mengenai manusia, yaitu :
a)
Manusia merupakan makhluk yang memiliki kepribadian
unik, antara satu dan lainnya berbeda di beberapa bagian. Secara signifikan
mempunyai sifat-sifat yang khusus jika semuanya jika dilihat secara bagian
perbagian ilmu pengetahuan dari suatu subsistem tidak efektif bila seseorang
memperhatikan sifat-sifat dari sistem kehidupan manusia. Manusia akan terlihat
saat bagiannya tidak dijumpai.
b)
Berasumsi bahwa individu dan lingkungan saling
tukar-menukar energi dan material satu sama lain. Beberapa individu
mendefenisikan lingkungan sebagai faktor eksternal pada seorang individu dan
merupakan satu kesatuan yang utuh dari semua hal.
c)
Bahwa proses kehidupan manusia merupakan hal yang
tetap dan saling bergantung dalam satu kesatuan ruang waktu secara terus
menerus. Akibatnya seorang individu tidak akan pernah kembali atau menjadi
seperti yang diharapkan semula.
d)
Perilaku pada individu merupakan suatu bentuk kesatuan
yang inovatif.
e)
Manusia bercirikan mempunyai kemampuan untuk abstrak,
membayangkan, bertutur bahasa dan berfikir, sensasi dan emosi. Dari seluruh
bentuk kehidupan di dunia hanya manusia yang mampu berfikir dan menerima dan
mempertimbangkan luasnya dunia.
Martha E. Roger mengemukakan empat konsep besar.
Beliau menghadirkan lima asumsi tentang manusia. Tiap orang dikatakan sebagai
suatu yang individu utuh. Manusia dan lingkungan selalu saling bertukar energi.
Proses yang terjadi dalam kehidupan seseorang tidak dapat diubah dan
berhubungan satu sama lain pada dimensi ruang dan waktu. Hal tersebut merupakan
pola kehidupan. Pada akhirnya seseorang mampu berbicara, berfikir, merasakan,
emosi, membayangkan dan memisahkan. Manusia mempunyai empat dimensi, medan
energi negentropik dapat diketahui dari kebiasaan dan ditunjukkan dengan
ciri-ciri dan tingkah laku yang berbeda satu sama lain dan tidak dapat diduga
dengan ilmu pengetahuan yaitu lingkungan, keperawatan dan kesehatan.
e.
Human Caring (Watson)
Perawat harus memperhatikan sisi humanistik sebagai
moral ideal ke pasien dan keluarga. Keperawatan sebagai sains tentang human
care didasarkam pada asumsi bahwa human science and human care merupakan domain
utama dan menyatukan tujuan keperawatan. Sebagai human science keperawatan
berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan estetika, humanities, dan
kiat/art (Watson, 1985). Sebagai pengetahuan tentang human care fokusnya untuk
mengembangkan pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti yang
dinyatakan oleh Watson (1985) “human care is the
heart of nursing”. Pandangan tentang keperawatan sebagai science tentang
human care adalah komprehensif.
Nilai-nilai yang mendasari konsep caring menurut Jean
Watson meliputi konsep tentang manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan.
Adapun keempat konsep tersebut adalah sebagai berikut:
a)
Konsep tentang manusia
Manusia merupakan suatu fungsi yang utuh dari diri
yang terintegrasi (ingin dirawat, dihormati, mendapatkan asuhan, dipahami dan
dibantu). Manusia pada dasarnya ingin merasa dimiliki oleh lingkungan
sekitarnya merasa dimiliki dan merasa menjadi bagian dari kelompok atau
masyarakat, dan merasa dicintai dan merasa mencintai.
b)
Konsep tentang kesehatan
Kesehatan merupakan kuutuhan dan keharmonisan pikiran
fungsi fisik dan fungsi sosial. Menekankan pada fungsi pemeliharaan dan
adaptasi untuk meningkatkan fungsi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Kesehatan merupakan keadaan terbebas dari keadaan penyakit, dan Jean Watson
menekankan pada usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut.
c)
Konsep tentang lingkungan
Berdasarkan teori Jean Watson, caring dan nursing
merupakan konstanta dalam setiap keadaan di masyarakat. Perilaku caring tidak
diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya, akan tetapi hal tersebut
diwariskan dengan pengaruh budaya sebagai strategi untuk melakukan mekanisme
koping terhadap lingkungan tertentu.
d)
Konsep tentang keperawatan
Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan,
pencegahan penyakit dan caring ditujukan untuk klien baik dalam keadaan sakit
maupun sehat.
f.
Model Konsep Adaptasi
Roy
Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh
Suster Callista Roy (1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan
proses adaptasi seperti diuraikan di bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi Roy
adalah :
a)
Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan
sosial yang terus-menerus berinteraksi dengan lingkungan.
b)
Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk
mengatasi perubahan-perubahan biopsikososial.
c)
Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai
batas kemampuan untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon
terhadap semua rangsangan baik positif maupun negatif.
d)
Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu
dengan yang lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan
maka ia mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun
negatif.
e)
Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak
dapat dihindari dari kehidupan manusia
Empat
elemen penting yang termasuk dalam Model Adaptasi Keperawatan adalah :
a) Manusia
b) Lingkungan
c) Sehat
d) Keperawatan.
Unsur
keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujuan keperawatan dan aktivitas
keperawatan. Juga termasuk dalam elemen penting pada konsep adaptasi.
a)
Manusia
Roy
mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem
adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan yang
mempunyai input, kontrol, out put dan proses umpan balik. Proses kontrol adalah
mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara- cara adaptasi. Lebih
spesifik manusia didefenisikan sebagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas
kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara
adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
interdependensi.
Dalam
model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup,
terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan
lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah
karakteristik sistem, jadi manusia dilihat sebagai satu-kesatuan yang saling
berhubungan antara unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit
fungsional untuk beberapa tujuan.
Input
pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari
lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau
stimulus termasuk variabel standar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat
dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai
tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat
ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasa dilakukan. Proses kontrol manusia
sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping. Dua mekanisme koping
yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator.
Regulator dan kognator digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap
empat efektor atau cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri,
fungsi peran dan interdependen.
b) Lingkungan
Lingkungan
digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar manusia. Lingkungan merupakan
masukan (input) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif sama halnya lingkungan
sebagai stimulus internal dan eksternal. Lebih lanjut stimulus itu
dikelompokkan menjadi tiga jenis stimulus yaitu : fokal, kontekstual dan
residual.
- Stimulus fokal yaitu
rangsangan yang berhubungan langsung dengan perubahan lingkungan misalnya
polusi udara dapat menyebabkan infeksi paru, kehilangan suhu pada bayi yang
baru lahir.
- Stimulus kontekstual
yaitu : stimulus yang menunjang terjadinya sakit (faktor presipitasi) keadaan
tidak sehat. Keadaan ini tidak terlihat langsung pada saat ini. Misalnya : daya
tahan tubuh yang menurun, lingkungan yang tidak sehat.
- Stimulus residual
yaitu : sikap, keyakinan dan pemahaman individu yang dapat mempengaruhi
terjadinya keadaan tidak sehat atau disebut dengan faktor presdiposisi sehingga
terjadi kondisi fokal. Misalnya : persepsi klien tentang penyakit, gaya hidup
dan fungsi peran.
Lebih
luas lagi lingkungan didefinisikan sebagai segala kondisi, keadaan di sekitar
yang mempengaruhi keadaan, perkembangan dan perilaku manusia sebagai individu
atau kelompok.
c)
Sehat
Menurut
Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara
utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia
menyatakan secara tidak langsung bahwa kesehatan atau kondisi tidak terganggu
mengacu kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan
potensi manusia. Jadi integrasi adalah sehat, sebaliknya kondisi yang tidak ada
integrasi adalah kurang sehat. Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya
sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi sehat sejahtera.
Dalam
model adaptasi keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi.
Adaptasi yang bebas energi dari koping yang inefektif dan mengizinkan manusia
berespons terhadap stimulus yang lain. Adaptasi adalah komponen pusat dalam
model adaptasi keperawatan. Di dalamnya menggambarkan manusia sebagai sistem
adaptif. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan
terdiri dari dua proses. Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan
perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yang membutuhkan sebuah
respons.
Perubahan-
perubahan itu adalah stresor atau stimulus fokal dan ditengahi oleh faktor-
faktor kontekstual dan residual. Bagian kedua adalah mekanisme koping yang
merangsang untuk menghasilkan respons adaptif atau inefektif. Produk adaptasi
adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah kondisi yang
meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi : kelangsungan hidup,
pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan yang disebut integritas.
Kondisi
akhir ini adalah kondisi keseimbangan dinamik equilibrium yang meliputi
peningkatan dan penurunan respons. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi
oleh tingkat adaptasi, sehingga dinamik equilibrium manusia berada pada tingkat
yang lebih tinggi. Jarak yang besar dari stimulus dapat disepakati dengan
suksesnya manusia sebagai sistem adaptif. Jadi peningkatan adaptasi mengarah
pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi pada keadaan sejahtera atau sehat.
7) Jenis Institusi
Pelayanan Homecare
Ada beberapa jenis institusi yang dapat memberikan
layanan homecare antara lainInstitusi pemerintah Di Indonesia pelayanan home
care yang telah lama berlangsungdilakukan adalah dalam bentuk perawatan
kasus/keluarga resiko tinggi (baik ibu, bayi, balita maupun lansia) yang
dilaksanakan oleh tenaga keperawatan puskesmas (digaji oleh pemerintah).
Klien yang dilayani oleh puskesmas biasanya adalah kalangan menengah
ke bawah. Di Amerika hal ini dilakukan oleh visiting nurse. Institusi
sosial yangmelaksanakan pelayanan home care dengan sukarela dan tidak memungut
biaya Biasanyadilakukan oleh LSM atau organisasi keagamaan dengan penyandang
dananya daridonatur, misalnya bala keselamatan yang melakukan kunjungan rumah
kepada keluargayang membutuhkan sebagai wujud pengabdian pada Tuhan. Institusi
swasta dalam bentuk praktik mandiri baik perorangan maupun kelompok yang
menyelenggarakan pelayanan home care dengan menerima imbalan jasa baik
secara langsung dari klienmaupun pembayaran melalui pihak ketiga (asuransi).
Sebagaimana layaknya layanankesehtan swasta tentu tidak berorientasi not for
profit services.Hospital home care. Merupakan perawatan lanjutan pada klien
yang telah dirawat dirumah sakit, keluarga masih memerlukan bantuan layanan
keperawatan, makadilanjutkan di rumah.
8) Mekanisme
perawatan kesehatan di rumah
Pasien/ klien yang
memperoleh pelayanan keperawatan di rumah dapat merupakanrujukan dari klinik
rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit, maupun puskesmas . namun pasien/
klien dapat langsung menghubungi agensi pelayanan keperawatan di rumah
atau praktek keperawatan per orangan untuk memperoleh pelayanan.Mekanisme
yang harus di lakukan adalah sebagai berikut:
a. Pasien / klien
pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih dahulu olehdokter
untuk menentukan apakah secara medis layak untuk di rawat di rumah atau tidak.
b. Selanjutnya
apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat di rumah,maka di
lakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang merupakan staf dari
pengelolaatau agensi perawatan kesehatan dirumah, kemudian bersama-sama klien
dan keluarga,akan menentukan masalahnya, dan membuat perencanaan, membuat
keputusan, membuatkesepakatan mengenai pelayanan apa yang akan diterima oleh
klien, kesepakatan jugamencakup jenis pelayanan, jenis peralatan, dan jenis
sistem pembayaran, serta jangkawaktu pelayanan.
c. Selanjutnya klien
akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan keperawatan dirumah baik dari
pelaksana pelayanan yang dikontrak atau pelaksana yang direkrut
oleh pengelola perawatan dirumah. Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan
oleh koordinator kasus, setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga
pelaksana pelayanan harusdiketahui oleh koordinator kasus.
d. Secara periodic
koordinator kasus akan melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan kesepakatan.
9)
Skill Dasar Yang Harus Dikuasai Perawat
Berdasarkan SK Dirjen
Dirjen YAN MED NO HK. 00.06.5.1.311 terdapat 23 tindakan keperawatan mandiri
yang bisa dilakukan oleh perawat home care antara lain :
a.
Vital sign
b.
Memasang nasogastric tube
c.
Memasang selang susu besar
d.
Memasang cateter
e.
Penggantian tube pernafasan
f.
Merawat luka dekubitus
g.
Suction
h. Memasang
peralatan O2
i. Penyuntikan
(IV,IM, IC,SC)
j. Pemasangan
infus maupun obat
k. Pengambilan
preparat
l. Pemberian
huknah/laksatif
m. Kebersihan diri
n. Latihan
dalam rangka rehabilitasi medis
o. Tranpostasi
klien untuk pelaksanaan pemeriksaan diagnostik
p. Pendidikan
kesehatan
q. Konseling
kasus terminal
r. Konsultasi/telepon
s. Fasilitasi
ke dokter rujukan
t. Menyiapkan
menu makanan
u. Membersihkan
tempat tidur pasien
v. Fasilitasi
kegiatan sosial pasien
w. Fasilitasi
perbaikan sarana klien.
Sedangkan kompetensi
dasar yang harus dimiliki dalam melaksanakan tindakan home care antara
lain:
a. Memahami
dasar-dasar anatomi, fisiologi, patologi tubuh secara umum
- Menjelaskan
anatomi, fisiologi, patologi sebagai sistem tubuh secara umum .
- Menjelaskan
konsep dasar homeostasis, dan patogenesis.
b. Melaksanakan
pemberian obat kepada klien/pasien
- Menjelaskan
cara-cara pemberian obat kepada pasien.
- Melakukan
pemberian obat kepada pasien sesuai resep dokter.
c. Memahami
jenis pemeriksaan laboratorium dasar yang diperlukan oleh klien/pasien
- Menjelaskan jenis pemeriksaan laboratorium dasar yang
diperlukan oleh klien/pasien.
- Menjelaskan persiapan klien/pasien yang akan diperiksa
di laboratorium.
- Mengantarkan klien/pasien untuk periksa di
laboratorium.
d. Menunjukan
kemampuan melakukan komunikasi terapeutik
- Menjelaskan definisi komunikasi terapeutik
- Menjelaskan fungsi, dan manfaat komunikasi terapeutik.
- Melaksanakan
setiap tindakan keperawatan menggunakan komunikasi terapeutik.
e. Menunjukan
kemampuan mengasuh bayi, balita, anak, dan lansia sesuai tingkat
perkembangan
- Membangun
hubungan antar manusia
- Mengoptimalkan
komunikasi terapeutik
- Mengidentifikasi
kebutuhan dasar manusia
- Merencanakan
kebutuhan dasar manusia
f. Menunjukan
kemampuan melayani klien/pasien berpenyakit ringan
- Membangun
hubungan antar manusia
- Mengoptimalkan
komunikasi terapeutik
- Mengidentifikasi
kebutuhan dasar klien/pasien
- Merencanakan
kebutuhan dasar klien/pasien
- Melaksanakan
kebutuhan dasar klien/ pasien
- Mendokumentasikan
hasil pelaksanaan kebutuhan pasien/klien yang penyakit ringan.
g. Menerapkan
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH)
- Mendeskripsikan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
- Melaksanakan
prosedur K3
- Menerapkan
konsep lingkungan hidup
- Menerapkan
ketentuan pertolongan pertama pada kecelakaan
h. Memahami
kontinum sehat- sakit
- Menjelaskan
keseimbangan tubuh manusia normal
- Menjelaskan
definisi sehat-sakit
- Menjelaskan
model-model sehat dan sakit
- Menjelaskan
nilai-nilai yang mempengaruhi kesehatan
- Menjelaskan
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
- Menjelaskan
faktor-faktor resiko dalam kehidupan manusia
- Menjelaskan
dampak sakit pada klien/pasien dan keluarga.
i. Memahami
dasar-dasar penyakit sederhana yang umum di masyarakat
- Menjelaskan
penyakit–penyakit sistem integumen sederhana yang umum di masyarakat.
- Menjelaskan
penyakit–penyakit sistem gastro intestinal sederhana yang umum di masyarakat.
- Menjelaskan
penyakit-penyakit sistem genito urinaria sederhana yang umum di masyarakat
- Menjelaskan
penyakit–penyakit sistem respiratori sederhana yang umum di masyarakat.
- Menjelaskan
penyakit–penyakit sistem kardio vaskuler sederhana yang umum di masyarakat.
- Menjelaskan
penyakit–penyakit sistem persarafan sederhana yang umum di masyarakat.
- Menjelaskan
penyakit–penyakit sistem reproduksi sederhana yang umum di masyarakat.
j. Memahami
peningkatan kesehatan dan pelayanan kesehatan utama
- Menjelaskan
tindakan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
- Menjelaskan
tindakan pelayanan kesehatan utama
- Menjelaskan
peran asisten perawat dalam pemberian perawatan utama.
k. Memahami
pemberian obat
- Menjelaskan
nomenklatur dan bentuk obat oral
- Menjelaskan
faktor yang mempengaruhi kerja obat
- Menjelaskan
kemampuan memberikan obat oral.
- Memahami
kemampuan interpersonal dan massa
- Menjelaskan
berbagai tingkatan komunikasi
- Menjelaskan
proses komunikasi
- Menjelaskan
bentuk-bentuk komunikasi
- Menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi
- Mendiskusikan
komunikasi terapeutik
- Menjelaskan
bantuan dalam berkomunikasi.
l. Prinsip-prinsip
perkembangan manusia
- Menjelaskan
teori pertumbuhan dan perkembangan manusia
- Menjelaskan
tahap pertumbuhan dan perkembangan manusia
- Menjelaskan
tentang konsepsi
- Menjelaskan
proses kelahiran.
m. Memahami tahap-tahap
perkemangan manusia
- Menjelaskan
perkembangan masa bayi
- Menjelaskan
perkembangan masa balita
- Menjelaskan
perkembangan anak masa usia sekolah
- Menjelaskan
perkembangan masa remaja
- Menjelaskan
perkembangan masa
n. Dewasa
muda
- Menjelaskan
perkembangan masa dewasa
- Menjelaskan
perkembangan masa lansia.
o. Memahami
sikap pelayanan perawat sesuai dengan tahapan perkembangan
- Menjelaskan
sikap perawat terhadap klien/pasien sesuai dengan tahap
perkembangan
perkembangan
- Menjelaskan
pelayanan perawatan kesehatan komunitas dan panti.
p. Memahami
tentang stres
- Menjelaskan
konsep stres
- Menjelaskan
adaptasi terhadap stres
- Menjelaskan
respon terhadap stres
- Menjelaskan
proses keperawatan dan adaptasi terhadap stres.
q. Memahami
kebutuhan dasar manusia
- Menjelaskan
kebutuhan fisiologis manusia
- Menjelaskan
kebutuhan keselamatan dan rasa aman
- Menjelaskan
kebutuhan cinta dan rasa memiliki
- Menjelaskan
kebutuhan penghargaan dan harga diri
- Menjelaskan
kebutuhan aktualisasi diri.
r. Memahami
tentang kesehatan reproduksi
- Menjelaskan
konsep kesehatan reproduksi
- Menjelaskan
anatomi dan fisiologi alat reproduksi
- Menjelaskan
masalah yang berhubungan dengan kesehatan
reproduksi.
reproduksi.
s. Memahami
perilaku empatik. Menjelaskan sikap empatik terhadap kehilangn, kematian, duka
cita saat melakukan tindakan keperawatan
- Menjelaskan
bantuan yang diberikan sesuai dengan agama, dan kebutuhan
spiritual klien tersebut.
spiritual klien tersebut.
t. Melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital
- Menjelaskan
pedoman untuk mengukur tanda vital
- Menjelaskan
tentang pengukuran suhu tubuh
- Melaksanakan
pengukuran nafas
- Melaksanakan pengukuran nadi.
u. Melakukan
mobilisasi pasif terhadap klien/pasien
- Menjelaskan tentang mobilisasi dan pengaturan gerak
- Menjelaskan gangguan mobilisasi
- Menjelaskan latihan mobilisasi
- Menunjukan kemampuan melakukan mobilisasi pasif dan
aktif
- Menjelaskan gangguan mobilisasi.
v. Melakukan
pemberian nutrisi .Menjelaskan nutrisi seimbang
- Menunjukan kemampuan memberikan makan peroral pada
pasien/klien.
w. Melaksanakan
dokumentasi tindakan keperawatan
- Menjelaskan komunikasi multidisiplin dalam tim
- Membuat dokumentasi sesuai dengan pedoman.
x. Melaksanakan
tugas sesuai dengan etika keperawatan, dan kaidah hukum
- Menjelaskan pentingnya etika dan hukum keperawatan
dalam
melaksanakan tugas
melaksanakan tugas
- Melakukan perilaku kinerja asisten perawat sesuai
dengan etika dan hokum keperawatan.
10) Fase-
Fase Keperawatan Home Care
a. fase persiapan
Struktur
organisasi, yang didalamnya ada pimpinan home care, manager
administrasi,manager pelayanan, koordinator kasus dan pelaksana
pelayanan.PerizinanMekanisme perizinan pendirian home care sebagai berikut :
Berbadan hukum ygditetapkan dlm akte notaris Mengajukan ijin usaha Home care
kpd Dinkes Kab/Kotasetempat dg melampirkan :
a) Rekomendasi dari
PPNI
b) Ijin lokasi
bangunan
c) Ijin lingkungan
d) ijin usaha
e) Persyaratan tata
ruang bangunan meliputi :
- ruang
direktur - ruang menajemen pely
- gudang sarana dan
peralatan
- sarana komunikasi
- sarana
transportasif.
f)
Ijin persyaratan tenaga meliputi ijin praktek
profesi dan sertifikasi home care Daftar tarif dibuat berdasarkan dengan
memperhatikan standar harga di wilayah tempat berdirinya home care dengan
memperhatikan golongan ekonomi lemah Sarana danPrasarana, meliputi set alat
yang sering dipakai seperti perawatan luka, perawatan bayi,nebulizier, aksigen,
suction dan juga peralatan komputer dan perlengkapan kantor.Format askep,
meliputi format register, pengkajian, tindakan, rekap alat/bahan yangterpakai,
evaluasi dari perawat ataupun dari pasien/keluarga.Form informed consent,
meliputi persetujuan tindakan dari pasien dan keluarga, persetujuan pembiayaan
dan keikutsertaaan dalam perawatan.Surat Perjanjian kerjasama antara profesi
lain seperti misalnya fisioterapi, dokter,laboratorium, radiologi dan juga
dinas sosial.Transportasi terutama untuk perawat homecare dan juga transportasi
pasien bila sewaktu-waktu perlu rujukan ke rumah sakit atautempat pelayanan
lainnya. Sistem gaji/upah personil home care. Sistem ini harus
lebih berorientasi pada kepentingan perawat pelaksana bukan keuntungan
manajemen semata.Sistem penggajian bisa dalam bentuk bulanan atau dibuat dalam
setiap kali selesaimerawat pasien.
b.
Fase implementasi
Case manager
menugaskan surveyor untuk melakukan pengkajian kebutuhan klien dan perawat
pelaksana untuk merawat klien. Hasil pengkajian awal sebagai referensi
untuk merencanakan kebutuhan klien selanjutnya dan dibuat kesepakatan
dengan keluarga(waktu, biaya dan sistem perawatan yg dipilih). Surveyor
memantau pelaksanaan pelayanan keperawatan oleh perawat pelaksana.
c. Fase terminasi
Perawat
menyelesaikan tugas sesuai kontrak yg disepakati surveyor menyerahkan
rekap peralatan dan biaya selama perawatan. Kolektor melak kunjungan ke
klg untuk penyelesaian administrasi.
d.
Fase pasca kunjungan
Evaluasi
pelayanan home care pada pasien/keluarga dengan- angket- pertelepon- lewat email-
KunjunganMengenai : pely perawtan, komunikasi, sarana, dll
11)
Issue Dasar dan Legal Praktik Keperawatan home care
Secara legal perawat dapat melakukan aktivitas
keperawatan mandiri berdasarkan pendidikan dan pengalaman yang di miliki.
Perawat dapat mengevaluasi klien untuk mendapatkan pelayanan perawatan di rumah
tanpa program medis tetapi perawatan tersebut harus diberikan di bawah petunjuk
rencana tindakan tertulis yang ditandatangani oleh dokter. Perawat yang memberi
pelayanan di rumah membuat rencana perawatan dan kemudian bekerja sama dengan
dokter untuk menentukan rencana tindakan medis.
Issue
legal yang paling kontroversial dalam praktik perawatan di rumah antara lain
mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Resiko
yang berhubungan dengan pelaksanaan prosedur dengan teknik yang tinggi, seperti
pemberian pengobatan dan transfusi darah melalui IV di rumah.
b.Aspek legal dari pendidikan yang diberikan pada
klien seperti pertanggungjawaban terhadap kesalahan yang dilakukan oleh anggota
keluarga karena kesalahan informasi dari perawat.
c. Pelaksanaan peraturan
medicare atau peraturan pemerintah lainnya tentang perawatan di rumah.
Alasan biaya yang sangat terpisah dan terbatas untuk
perawatan di rumah, maka perawat yang memberi perawatan di rumah harus menentukan
apakah pelayanan akan diberikan jika ada resiko penggantian biaya yang tidak
adekuat. Seringkali, tunjangan dari medicare telah habis masa berlakunya
sedangkan klien membutuhkan perawatan yang terus-menerus tetapi tidak ingin
atau tidak mampu membayar biayanya. Beberapa perawat akan menghadapi dilema
etis bila mereka harus memilih antara menaati peraturan atau memenuhi kebutuhan
untuk klien lansia, miskin dan klien yang menderita penyakit kronik. Perawat
harus mengetahui kebijakan tentang perawatan di rumah untuk melengkapi
dokumentasi klinis yang akan memberikan penggantian biaya yang optimal untuk
klien.
Pasal krusial dalam Keputusan Menteri Kesehatan (
Kepmenkes ) 1239/2001 tentang praktik keperawatan anatara lain:
a. Melakukan asuhan
keperawatan meliputi Pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan,
melaksanakan tindakan dan evaluasi.
b.Pelayanan tindakan medik hanya
dapat dilakukan atas permintaan tertulis dokter
c. Dalam melaksanakan kewenangan perawat berkewajiban :
- Menghormati hak
pasien
- Merujuk kasus yang
tidak dapat ditangani
- Menyimpan rahasia
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
- Memberikan informasi
- Meminta persetujuan tindakan yang dilakukan
-
Melakukan catatan perawatan dengan baik
d.
Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang ,
perawat berwenang melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang
ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
e. Perawat
yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan SIPP di ruang praktiknya
f. Perawat
yang menjalankan praktik perorangan tidak diperbolehkan memasang papan
praktik (sedang dalam proses amandemen)
g.Perawat
yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan rumah
h.Persyaratan praktik perorangan sekurang-kurangnya
memenuhi :
-
Tempat praktik memenuhi syarat
-
Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi
termasuk formulir /buku kunjungan, catatan tindakan dan formulir rujukan.
Larangan :
a. Perawat
dilarang menjalankan praktik selain yang tercantum dalam izin dan melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi
b.Bagi perawat yang memberikan
pertolongan dalam keadaan darurat atau menjalankan tugas didaerah terpencil
yang tidak ada tenaga kesehatan lain, dikecualikan dari larangan ini
c. Kepala dinas atau
organisasi profesi dapat memberikan peringatan lisan atau tertulis kepada
perawat yang melakukan pelanggaran
d.
Peringatan tertulis diberikan paling banyak 3 kali,
apabila tidak diindahkan SIK dan SIPP dapat dicabut.
e. Sebelum
SIK atau SIPP di cabut kepala dinas kesehatan terlebih dahulu mendengar
pertimbangan dari MDTK atau MP2EM.
Sanksi :
a. Pelanggaran
ringan , pencabutan izin selama-lamanya 3 bulan.
b.Pelanggaran sedang , pencabutan izin selama-lamanya
6 bulan .
c. Pelanggaran berat,
pencabutan izin selama-lamanya 1 tahun.
d.
Penetapan pelanggaran didasarkan pada motif
pelanggaran serta situasi setempat.
12)
Mekanisme Pelayanan Home Care
Pasien/
klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah dapat merupakan rujukan
dari klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit, maupun puskesmas, namun
pasien/ klien dapat langsung menghubungi agensi pelayanan keperawatan di rumah
atau praktek keperawatan per orangan untuk memperoleh pelayanan. Mekanisme yang
harus di lakukan adalah sebagai berikut:
a. Pasien
/ klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih dahulu oleh
dokter untuk menentukan apakah secara medis layak untuk di rawat di rumah atau
tidak.
b.Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa
klien layak dirawat di rumah, maka di lakukan pengkajian oleh koordinator kasus
yang merupakan staf dari pengelola atau agensi perawatan kesehatan dirumah,
kemudian bersama-sama klien dan keluarga, akan menentukan masalahnya, dan
membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat kesepakatan mengenai pelayanan
apa yang akan diterima oleh klien, kesepakatan juga mencakup jenis pelayanan,
jenis peralatan, dan jenis sistem pembayaran, serta jangka waktu pelayanan.
c. Selanjutnya klien
akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan keperawatan dirumah baik dari
pelaksana pelayanan yang dikontrak atau pelaksana yang direkrut oleh pengelola
perawatan dirumah. Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator kasus,
setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus
diketahui oleh koordinator kasus.
d.
Secara periodik koordinator kasus akan melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai
dengan kesepakatan.
Ada
beberapa persyaratan, hak, dan kewajiban unsur pelayanan home care:
1.
Pengelola
a.
Persyaratan Pengelola :
a)
Merupakan bagian institusi pelayanan kesehatan
pemerintah atau swasta atau unit mandiri yg berbadan hukum.
b) Mendapat
ijin mengelola dari Pemda dengan rekomendasi dari Dinkes.
c) Memiliki
kantor dengan alamat jelas.
d) Memiliki
sarana komunikasi.
e) Memiliki
peralatan pelayanan kesehatan.
f) Mampu
menyediakan transportasi yang dibutuhkan klien.
g) Memiliki
tenaga (pimpinan, administrasi dan perawat minimal D3 yg purna waktu)
h) Mampu
menyediakan tenaga profesional atau non yg bersertifikat pelatihan home care.
i)
Punya kerjasama dengan Rumah Sakit rujukan.
b. Hak Pengelola :
a)Mengelola home
care sesuai standar .
b) Menerima
hak imbalan jasa .
c)Punya akses dg pemerintah yg mengendalikan home
care.
d) Mendapat
dukungan dari pelaksana yan dan klien atas pengelolaan yg menjadi tanggung
jawabnya.
e)Menetapkan tenaga pelaksana pelayanan home care.
f) Menetapkan
mitra kerja yang mendukung home care.
c. Kewajiban Pengelola :
a)
Menjamin pelayanan profesional dan bermutu.
b) Mematuhi
kontrak
c) Memberikan
perlakuan yang baik kepada pelaksana dan klien.
d) Meningkatkan
pengetahuan pelaksana pelayanan.
e) Menyediakan
sarana administrasi .
f) Mematuhi
peraturan yg berlaku terkait home care .
g) Menerapkan
sistem reward dan punishment
h) Melaksanakan
pengawasan, pengendalian thd kinerja pelaksana
i)
Melaksanakan kewajiban yg harus diberikan kepada
pelaksana yan dan klien.
2.
Koordinator Kasus
a.
Syarat Koordinator Kasus :
a)
Minimal berumur 21 tahun
b) Minimal
pendidikan D3 Keperawatan
c) Koordinator
kasus harus punya sertifikat pelatihan home care.
d) Mampu
melakukan pengkajian awal dan melakukan analisis terhadap kasus
e) Mampu
memimpin bekerjasama dalam tim.
f) Mampu
memberikan yan sesuai etika.
g)
Mampu melaksanakan bimbingan tehnis, monitoring dan
evaluasi.
b. Hak Koordinator Kasus
a)
Mengetahui hak dan kewajiban secara tertulis
b) Berhak
atas imbalan jasa sesuai perjanjian
c) Berhak
mendapat perlakuan sesuai norma yang ada
d) Berhak
memperoleh tugas, prosedur atau tindakan medis diluar job diskripsionnya
e) Memperoleh
informasi terkait perubahan pelayanan
f) Mempunyai
akses kepada pemerintah yg mengendalikan home care.
g) Berhak
mengemukakan pendapat dalam upaya peningkatan mutu pelayanan.
h) Mendapat
perlindungan hukum atas tindakan yang dilakukan, diterima dan dirasakan
merugikan .
i)
Mendapat dukungan dari pengelola dan klien .
3.
Pelaksana
a.
Syarat Pelaksana :
a) Usia
minimal 21 tahun
b)
Punya ijasah formal.
c)
Punya sertifikat pelatihan home care.
d)
Mampu memberikan yan sec mandiri dan bertanggung
jawab.
e)
Mampu bekerja sesuai SOP yang ada .
f) Mampu
melaksanakan tindakan sesuai etika.
b.
Hak Pelaksana :
a)
Mengetahui hak dan kewajiban secara tertulis
b) Berhak
atas imbalan jasa sesuai perjanjian
c) Berhak
mendapat perlakuan sesuai norm yang ada
d) Berhak
menolak tugas, prosedur atau tindakan medis di luar job diskripsion
e) Memperoleh
informasi terkait perubahan pelayanan.
f) Mempunyai
akses kepada pemerintah yg mengendalikan homecare
g) Berhak
mengemukakan pendapat dlm upaya peningkatan mutu yan
h) Mendapat
perlindungan hukum atas tindakan yg dilakukan, diterima dan dirasakan merugikan
i) Mendapat dukungan dari pengelola dan klien .
c. Kewajiban Pelaksana :
a) Mentaati
peraturan dan disiplin kerja
b) Memberikan
pelayanan yg bermutu sesuai standar yg ditetapkan
c) Merahasiakan
segala hal terkait kondisi klien
d) Melaksanakn
tugas sesuai rencana yan yang telah disepakati
e) Bekerjasama
dan saling mendukung dg tenaga pelaksana lain
f) Mematuhi
perjanjian kerja yang sudah dibuat
g) Mengharagai
hak hak klien
h) Membuat
laporan rutin kepada penanggung jawab pelayanan .
4.
Pasien/ Klien
a. Persyaratan pasien / klien
a) Mempunyai
keluarga atau pihak lain yang bertanggungjawab atau menjadi pendamping bagi
klien dalam berinteraksi dengan pengelola
b) Bersedia menandatangani persetujuan setelah diberikan
informasi (Informed consent).
c)
Bersedia melakukan perjanjian kerja dengan pengelola
perawatan kesehatan dirumah untuk memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan haknya
dalam menerima pelayanan.
b. Hak Klien :
a)
Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban.
b)
Mendapat pelayanan profesional.
c)
Ikut berpartisipasi dalam rencana dan pelaksanaan
pelayanan.
d)
Memperoleh perlakuan yang layak.
e)
Memperoleh seluruh catatan klinis.
f)
Mendapat pelayanan yang layak.
g)
Mendapat informasi terkait perubahan yang ada.
h)
Mendapat perlindungan hukum atas tindakan yang
diterima .
i) Memperoleh
akses ke pemerintah yang mengendalikan home care.
j) Menolak
tindakan setelah mendapat informasi lengkap .
c. Kewajiban Klien :
a) Mematuhui
perjanjian
b)
Mentaati rencana yang telah dibuat .
c)
Membayar jasa pelayanan.
d)
Bekerjasama dengan pelaksana .
e)
Menghargai hak pelaksana
2. Desa Siaga
Dalam rangka memantapkan
sistem Siaga, Dinas Kesehatan Kota Cimahi menyelenggarakan Pelatihan
Pengorganisasian Desa Siaga pada tanggal 23 – 25 April 2012 di
Aula Puskesmas Cimahi Tengah.
Hadir membuka acara dr.
Hj. Endang Kesuma Wardani, Kepala Dinas Kesehatan Kota Cimahi. Dalam
sambutannya dr. Endang mengatakan bahwa sistem Siaga merupakan pengembangan
dari Gerakan Sayang Ibu (GSI). Dengan mengedepankan partisipasi masyarakat,
bukan hanya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) saja yang
terus ditekan dalam sistem Siaga, tetapi bagaimana Usia Harapan Hidup (UHH)
masyarakat pun dapat meningkat. Melalui pelatihan yang difasilitasi oleh Health
Services Program (SHP) ini, diharapkan Kota Cimahi dapat memenuhi target
pembentukan sistem Siaga di seluruh tingkatan Rukun Warga.
Pada tahun 2006 dan
2007, terdapat masing-masing 10 kasus kematian ibu bersalin di Kota Cimahi.
Sejak awal tahun 2008 hingga hari pelaksanaan pelatihan ini, tercatat 1 kasus
kematian ibu bersalin di Kecamatan Cimahi Selatan. Hal ini terungkap saat
paparan Kebijakan Desa Siaga Provinsi Jawa Barat oleh drg. Pratiwi, M.Kes.,
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kota Cimahi.
Diundang sebagai peserta
pelatihan adalah perwakilan PKK Kota Cimahi, BPMKB Kota Cimahi, Kesra Kota
Cimahi, 3 Kecamatan di Kota Cimahi, 15 Ketua LPM tingkat kelurahan di Kota
Cimahi, tenaga kesehatan Puskesmas di Kota Cimahi, dan Ketua Yayasan Eureka
Indonesia (YEI) sebagai LSM kesehatan yang berkedudukan di Kota Cimahi.
Setelah paparan Kebijakan
Desa Siaga Provinsi Jawa Barat, Materi pelatihan Desa Siaga disampaikan secara
lengkap meliputi: Konsep, Komponen, dan Pesan Desa Siaga; Pemberdayaan
Masyarakat dalam Sistem Desa Siaga; Pengorganisasian Masyarakat; Survey Mawas
Diri (SMD); Musyawarah Masyarakat Desa (MMD); Format Alat Bantu dan Mekanisme
Desa Siaga; Peran dan Fungsi Fasilitator Desa Siaga; Pendampingan dan Pelaporan
Desa Siaga.
Di akhir pelatihan,
disepakati pula Rencana Tindak Lanjut pengorganisasian RW Siaga. Peserta
pelatihan berbagi tugas sebagai fasilitator untuk menggarap pengorganisasian 1
(satu) RW menjadi RW Siaga di masing-masing kelurahan tempat domisili atau
wilayah kerjanya.
Selain mendapatkan tugas
bersama-sama dengan fasilitator LPM Kelurahan Leuwigajah untuk menggarap RW 17,
rencananya YEI pun akan turut membantu HSP dalam pendampingan perorganisasian
RW Siaga di 14 kelurahan lainnya. Dengan pendampingan, diharapkan 15 RW yang
dimaksud akan sukses digarap untuk kemudian direplikasi di semua RW lainnya
yang belum mengorganisasikan sistem Siaga.
1) Deskripsi Kasus
Sebuah program desa siaga yang dikhususkan bagi para ibu
melahirkan ini merupakan sebuah hasil dari sebuah pemikiran yang sangat
kontributif dalam menangani masalah – masalah yang terjadi pada ibu melahirkan.
Desa siaga ini sangat fungsional dalam mengadakan sedikit pemulihan terhadap
kondisi fisik para ibu melahirkan dimana yang pada usianya sekarang, ibu
melahirkan sudah mengalami beberapa penurunan kualitas terhadap fungsi dari
beberapa bagian anggota tubuhnya. Pemulihan anggota gerak dan peningkatan
kebugaran adalah tonggak yang mendasari adanya desa siaga ini.
2) Teori
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara
mandiri. Sebuah Desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah
memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) (Depkes,
2007).
Poskesdes adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) yang dibentuk
di desa dalam rangka mendekatkan/ menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat desa. UKBM yang sudah dikenal luas oleh masyarakat yaitu Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu), Warung Obat Desa, Pondok Persalinan Desa
(Polindes), Kelompok Pemakai Air, Arisan Jamban Keluarga dan lain-lain (Depkes,
2007).
Untuk dapat
menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa, Poskesdes memiliki
kegiatan:
a. Pengamatan epidemiologi sederhana terhadap penyakit
terutama penyakit menular yang berpotensi menimbulkan
b. Kejadian Luar Biasa (KLB) dan faktor resikonya
termasuk status gizi serta kesehatan ibu hamil yang beresiko.
c. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular
dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB serta faktor resikonya termasuk
kurang gizi.
d. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan
kegawatdarutan kesehatan.
e. Pelayanan medis dasar sesuai dengan kompetensinya.
f. Promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar
gizi, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), penyehatan lingkungan
dan lain-lain.
Dengan demikian
Poskesdes diharapkan sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi berbagai UKBM
yang ada di masyarakat desa. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, Poskesdes
harus didukung oleh sumber daya seperti tenaga kesehatan (minimal seorang
bidan) dengan dibantu oleh sekurang-kurangnya 2 orang kader. Selain itu juga
harus disediakan sarana fisik berupa bangunan, perlengkapan dan peralatan
kesehatan serta sarana komunikasi seperti telepon, ponsel atau kurir.
Untuk sarana
fisik Poskesdes dapat dilaksanakan melalui berbagai cara/alternatif yaitu
mengembangkan Polindes yang telah ada menjadi Poskesdes, memanfaatkan bangunan
yang sudah ada misalnya Balai Warga/RW, Balai Desa dan lain-lain serta
membangun baru yaitu dengan pendanaan dari Pemerintah (Pusat atau Daerah),
donatur, dunia usaha, atau swadaya masyarakat.
3)
Kriteria Desa
Siaga
Kriteria desa
siaga meliputi :
a. Adanya forum masyarakat desa.
b. Adanya pelayanan kesehatan dasar
c. Adanya UKBM Mandiri yang dibutuhkan masyarakat desa
setempat
d. Dibina Puskesmas Poned
e. Memiliki system surveilans (faktor resiko dan
penyakit) berbasis masyarakat.
f. Memiliki system kewaspadaan dan kegawatdaruratan
bencana berbasis masyarakat.
g. Memiliki system pembiayaan kesehatan berbasis
masyarakat.
h. Memiliki lingkungan yang sehat.
i. Masyarakatnya
ber perilaku hidup bersih dan sehat.
4) Tahapan desa siaga :
a. Bina yaitu desa
yang baru memiliki forum masyarakat desa, pelayanan kesehatan dasar, serta ada
UKBM Mandiri.
b. Tumbuh yaitu
desa yang sudah lebih lengkap dengan criteria pada tahapan bina ditambah dengan
dibina oeh puskesmas Poned, serta telah memiliki system surveilans yang
berbasis masyarakat.
c. Kembang yaitu
desa dengan criteria tumbuh dan memiliki system kewaspadaan dan
kegawatdaruratan bencana serta system pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat
yang telah berjalan.
d. Paripurna yaitu
desa yang telah memiliki seluruh criteria desa siaga.
5) Opini
Ditinjau dari kondisi fisik pada ibu melahirkan yang
mengalami banyak sekali penurunan kualitas, program semacam desa siaga yang
kini tengah menjadi tren dalam ruang lingkup kesehatan, merupakan sebuah hal
inovatif dan mampu bersifat progresif terhadap kondisi fisik para ibu
melahirkan untuk menuju titik dimana keadaan kesehatan akan membaik dan dapat
sedikit dikendalikan. Setidaknya banyak sekali hal yang bisa dikembangkan dari
program ini seperti kolaborasi antara kegiatan fisik dan pemenuhan nutrisi yang
diaplikasikan dalam pengaturan pola dan porsi makan.
6)
Ciri Pokok Desa Siaga
a.
Memiliki Pos Kesehatan Desa (poskesdes) sbg UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat), (dapat dikembangkan dari Pondok Bersalin Desa) yang juga berfungsi
memberikan pelayanan kesehatan dasar.
b.
Memiliki sistem surveilans (penyakit, gizi, kesling, & PHBS) berbasis
masyarakat yang berfungsi dengan baik
c.
Memiliki sistem pelayanan gawat darurat (safe community) berbasis
masyarakat yang berfungsi dengan baik
d.
Memiliki sistem pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat (mandiri dalam
pembiayaan kesehatan)
e.
Masyarakat berperilaku hidup bersih & sehat (PHBS) &
menyelenggarakan UKBM2 yang diperlukan
7) Desa Siaga
Basis Indonesia Sehat
Tujuan Desa Siaga
Umum:
Mewujudkan masyarakat desa yang sehat, serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan di wilayahnya
Khusus:
a.
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan
b.
Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko
dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah,
kegawat-daruratan)
c.
Meningkatkan kel sadar gizi dan melaksanakan PHBS
d.
Meningkatkan kesehatan lingkungan di desa
e.
Meningkatkan kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong diri
sendiri di bidang kesehatan
Sasaran
Pengembangan Desa Siaga
a. Semua
individu dan keluarga di desa
b. Pihak yang
mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga (Toga,
Toma, tokoh perempuan, kader, petugas kesehatan)
c. Pihak yang
diharapkan dapat memberi dukungan kebijakan (camat, pejabat terkait,donatur)
8)
Pengembangan desa siaga mencakup:
a. Mendekatkan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat
b.Menyiapkan masyarakat menghadapi masalah
kesehatan
c. Memandirikan
masyarakat dalam mengembangkan PHBS
d. Inti
kegiatan desa siaga adalah: memberdayakan masyarakat agar sadar, mau dan mampu
untuk hidup sehat
e. Pengembangan desa
sehat diperlukan langkah edukatif → memfasilitasi masyarakat untuk menjalani
proses pembelajaran menghadapi masalah kesehatan
f. Desa siaga
dikembangkan dari UKBM (Posyandu, Pos Obat Desa, Polindes, Poskestren, Dana
sehat) sebagi embrio desa siaga
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa,
home care dan
desa siaga merupakan bagian integral dari pelayanan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu individu, keluarga dan
masyarakat mencapai kemandirian dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang
mereka hadapi.
Perawatan di rumah dan didesa selain dapat mengurangi
kecemasan juga dapat menghemat biaya dari beberapa segi misal biaya kamar,
biaya transpor dan biaya lain-lain yang terkait dengan penjaga yang
sakit.Tetapi perlu diingat bahwa pasien yang dapat layanan home care adalah
pasien yang secara medis dinyatakan aman untuk dirawat di rumah dengan kondisi
rumah yang memadai.
B. Saran
Dengan
terselesaikannya makalah ini mengenai konsep keperawatan aspek keterkinian
dalam praktik keperawatan komunitas,
tentu banyak kesalahan dan kekuarangan dalama penulisan makalah ini, kami berharap ketersediaan semua
membantu kami untuk memberikan sumbangsih berupa saran. Atas semuanya kami sampaikan terimakasih
DAFTAR PUSTAKA
Aziz
Alimul Hidayat. 2004. Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Andreson, Elizabeth. 2007. Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik Edisi 3.
EGC
Murwani,
Arita. ( 2007 ). Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan Aplikasi Kasus. Penerbit
Mitra Cendikia Press :Jogjakarta
Sudiharto.
2007. Asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan keperawatan transkultural.
EGC : Jakarta
suprajitno.
2004.asmkep keluarga : aplikasi dalam praktek: ed monika ester. Jakarta : EGC
Setiawati, Santun. Dkk.
2008. Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan
Keluarga. Jakarta : Trans Info Media.
Mubarak
iqbal wahit. 2009. Ilmu keperawatan
komunitas pengantar dan teori. Jakarta : salemba medika
Kuntoro
agus . 2010. Buku ajar manajemen
keperawatan. Yogyakarta : numed
Tidak ada komentar:
Posting Komentar