BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Usus besar
merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki (sekitar 1,5
m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter uus besar rata-rata
sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus diameternya semakin
kecil.
Usus besar
dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum seperti dilukiskan pada gambar
berikut.
Pada sekum
terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum
menempati sekitar 2 atau 3 inci pertama pada usus besar. Katup ileosekal
mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi menjadi kolon
asendens, transversumm, desendens dan sigmoid. Tempat dimana kolon
membentuk kelokan tajam yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut
dinamakan fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi
krista iliaka dan berbentuk suatu lekukan berbentuk S. Lekukan bagian bawah
membelok ke kiri waktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum. Bagian utama usus
besar yang terakhir dinamakan rektum dan terbentang dari kolon sigmoid sampai
anus. Satu inci terakhir dari rektum dinamakan kanalis ani dan dilindungi oleh
sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani sekitar 5,9
inci (15 cm).
Usus besar
mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus.
Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan elektrolit.
Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah
dehidrasi sampai defekasi berlangsung.
Kolon
mengabsorpsi sekitar 600ml air per hari. Kapasitas absorpsi usus besar adalah
sekitar 2000 ml/hari. Bila jumlah ini dilampaui, misalnya karena adanya kiriman
yang berlebihan dari ileum, maka akan terjadi diare. Berat akhir fses yang
dikeluarkan per hari sekitar 200 gr, 75% diantaranya berupa air. Sisanya
terdiri dari residu makanan yang tidak di absorpsi, bakteri, sel epitel yang
mengelupas, dan mineral yang tdak di absorpsi.
Pencernaan
yang terjadi di usus besar di akibatkan oleh bakteri bukan karena kerja enzim.
Usus besar mengekskresikan mukus alkali yang tidak mengandung enzim. Mukus ini
bekerja utuk melumasi dan melindungi mukosa.
Bakteri usus
besar mensintesis vitamin K dan beberapa vitamn B. Pembusukan oleh bakteri oleh
bakteri dari sisa-sisa protein menjadi asan amino dan zat-zat yang lebih
sederhana seperti peptida, indol, skatol, fenol dan asam lemak. Pembentukan
berbagai gas seperti NH3, CO2, H2, H2S, dan CH4 membantu pembentukan flatus di kolon.
Beberapa substansi ini dikeluarkan dalam feses, sedangkan zat lainnya
diabsorpsi dan diangkut ke hati di mana zat-zat ini akan diubah menjadi senyawa
yang kurang toksik dan diekskresikan melalui kemih.
Fermentasi
bakteri pada sisa karbohidrat juga melepaskan CO2, H2, dan CH4 yang merupakan
komponene flatus. Dalam sehari secara normal dihasilkan sekitar 1.000 ml
flatus. Kelebihan gas dapat terjadi pada aerofagia (menelan udara secara
berlebhan), dan pada peningkatan gas di dalam lumen usus, yang biasanya
berkaitan dengan jenis makanan yang dimakan. Makan yang mudah membentuk
gasseperti kacang-kacangan mengandung banyak karbohidrat yang tidak dapat
dicerna.
Pada
umumnya, pergerakan usus besar adalah lambat. Pergerakan usus besar yang khas
adalah gerakan mengaduk haustra. Kantong-kantong atau haustra teregang
dan dari waktu ke waktu otot sirkular akan berkontraksi untuk mengosongkannya.
Pergerakannya tidak progresif, tetapi menyebabkan isi usus bergerak bolak-balik
dan meremas-remas sehingga memberi cukup waktu untuk absorpsi.
Terdapat dua
jenis peristaltik propulsif; yaitu kontraksi lamban dan tidak teratur, berasal
dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat beberapa haustra, dan
peristaltik massa, merupakan kontraksi yang melibatkan segmen kolon. Gerakan
peristaltik ini menggerakkan massa feses ke depan, sehingga merangsang
defekasi. Kejadian ini timbl dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh
refleks gastrokolik setelah makan., khususnya setelah makanan pertama masuk
pada hari itu.
Propulsi
feses ke rektum mengakibatkan distensi dinding rektum dan merangsang refleks
defekasi.
B.
Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan dalam penulisan asuha keperawatan.
b. Tujun khusus
Untuk mengetahui cara pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem pencernaan pada kasus divertikulisis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pre operasi
A.
Definisi
Kolon (usus besar) adalah suatu
struktur seperti tabung yang panjang yang menyimpan dan kemudian mengeliminasi
material sisa. Tekanan didalam usus besar menyebabkan kantong-kantong dari
jaringan yang menonjol keluar yang mendorong keluar dari dinding-dinding usus
besar ketika seseorang menua (menjadi tua). Suatu kantong yang menonjol yang
mendorong keluar dari dinding usus besar disebut suatu diverticulum. Lebih dari
satu kantong yang menonjol dirujuk sebagai diverticula. Diverticula dapat
terjadi diselururuh usus besar. Kondisi yang mempunyai diverticula ini pada
usus besar disebut diverticulosis.
Devertikulitis
terjadi bila makanan atau bakteri tertahan, yang menghasilkan infeksi dan
inflamasi yang dapat membentuk drainase dan akhirnaya membentuk abses.
Divertikulisis
adalah suatu penyakit pencernaan yang umumnya ditemukan di usus besar.
Divertikulisis berkembang dari divertikulosis yang melibatkan pembentukan
kantong (diverticula) diluar usus besar. Divertikulisis terjadi bila salah satu
divertikula ini meradang.
Diverticulitis
paling sering mempengaruhi orang-orang setengah baya dan tua, meskipun dapat
menyerang pasien yang lebih muda juga.
Divertikulitis
paling umum terjadi pada kolon sigmoid(95%).Hal ini telah diperkirakan bahwa
kira-kira 20% pasien dengan divertikulosis mengalami divertikulitis pada titik
yang sama. Divertikulitis paling umum terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.
Insidensnya kira-kira 60% pada individu dengan usia lebih dari 80
tahun.Predisposisi congenital dicurigai bila terdapat gangguan pada individu
yang berusia di bawah 40 tahun. Asupan diet rendah serat diperkirakan sebagai
penyebab utama penyakit. Divertikulitis dapat terjadi pada serangan akut atau
mungkin menetap sebagai infeksi yang kontinu dan lama.
B.
Etiologi
a.
Mikro
dan makro perforasi
b.
Perbedaan
tekanan antar lumen colon dan serosa serta area kelemahan dalam dinding colon
c.
Diet
rendah serat
d.
Kuman-kuman
seperti taenia coli
C.
Patofisiologi
Divertikulisis jarang terjadi pada
orang dengan diet yang banyak mengandung serat kasar, tetapi sangat sering
terjadi pada orang yang dietnya hanya sedikit mengandung serat kasar. Tegangan
pada dinding organ berongga erat kaitannya dengan tekanan dalam organ dan
diameter organ. Bila sebuah saluran seperti kolon sering dibiarkan menyempit
(oleh karena diet rendah serat), maka timbulnya suatu tekananakan menyebabkan
beban yang lebih besar pada dindingnyadaripada bila kolon itu terisi feses.
Sejalan atas usia badan, lapisan luar dari dinding usus
menebal. Hal ini menyebabkan ruang terbuka di dalam usus besar untuk menyempit.
Feses bergerak lebih lambat melalui usus besar, meningkatkan tekanan. Feses
yang keras (seperti yang dialami oleh orang-orang yang diet rendah serat).
Melalui usus besar juga dapat meningkatkan tekanan. Sering, berulang-ulang
sewaktu memaksakan pergerakan usus juga akan meningkatkan tekanan dan dapat
berkontribusi untuk pembentukan diverticula.
Penyakit diverticula diakibatkan
oleh gangguan gerakan kolon. Pada bagian kolon yang memiliki divertikula
cenderung timbul kontraksi yang kuat otot sirkular yang menimbulkan tekanan
intralumen yang sangat tinggi, volume colon yang rendah (isi kurang mengandung
serat), dan penurunan kekuatan otot dalam dinding colon (hipertrofi muskuler
akibat massa fekal yang mengeras). Tekanan yang tinggi inilah yang menyebabkan
timbulnya hernia mukosa melalui lapisan otot yang menimbulkan divertikula.
Lokasi divertikula biasannya pada perlekatan kolon dan mesenterium, dimana
masuknya pembuluh darah melemahkan dinding. Divertikulum menjadi sumbatan dan
kemudian terinflamasi bila obstruksi bila terus berlanjut. Inflamasi cenderung
melebar ke dinding usus sekitsr, mengakibatkan timbulnya kepekaan dan
spastisitas kolon. Abses dapat terjadi menimbulkan peritonitis, sedangkan erosi
pembuluh darah (arterial) dapat menimbulkan pendarahan.
D.
Klasifikasi
Divertikuliss memiliki dua
klasifikasi yang nampak yaitu, divertikulisis akut dan divertikulisis
kronik.
Pada divertikulisis akut, terdapat
demam, leukositosis, nyeri tekan pada kuadran kiri bawah dan abdomen. Selama
serangan akut, dapat terjadipendarahan dari jaringan granulasi vascular
namunbiasanya ringan,. Kadang-kadang pendarahan terjadi massif akibat erosi
yang memebus pembuluh darah besar di dekat divertikula. Pendarahan biasanya di
obati secara konservatif, tetapi kadang-kadang diperlukan reseksi usus.
Sedangkan pada divertikulisis kronik
menyebabkan usus mudah mengalami serangan peradangan berulang. Akibatnya dapat
berupa fibrosis dan perlekatan struktur-struktur di sekitarnya. Bila
peradangan kronik menyebabkan penyempitan lumen dapat timbul obstruksi parsial
kronik pada kolon, menimbulkan gejala obsipasi, feses seperti pita, diare
intrmiten, dan peregangan abdomen. Gambaran akhir obstruksi mungkin dipercepat
oleh serangan akut, menyebabkan abses perikolon yang menyempitkan lumen yang
sudah menyempit.
E.
Tanda
dan Gejala
Gejala yang paling umum ditemukan
pada kasus divertikulsiss adalah nyeri pada abdomen, namun sering juga
ditemukan seperti :
·
Konstipasi
·
Nyeri
·
Diare
·
Nausea
·
Anoreksia
Gejala-gejala
ini berkaitan dengan kesulitan mengeluarkan feses sepanjang usus besar. Tingkat
keparahan gejala tergantung pada sejauh mana infeksi dan komplikasi. Tanda yang
paling umum adalah teraba kelembutan pada sisi kiri perut bagian bawah.
Divertikulisis memburuk sepanjang hari, karena pada awal nyeri ringan dan
perlahan-lahan berubah menjadi nyeri tajam.
F.
Penatalaksanaan
keperawatan
Bila divertikula ditemukan secara kebetulan dan penderita
asimtomatik, umumnya tidak diobati. Akan tetapi, 90% kasus divertikulisis
diobati secara medik. Kasus ringan tanpa tanda-tanda perforasi diobati dengan
diet cair, pelunak feses, istirahat baring, dan antibiotic spectrum luas.
Antibiotik yang bermanfaat melawan bakteri gramnegatif anaerob dapat diberikan
pada penderita yang diduga mengalami perforasi atau abses. Insisi dan drainase
abses mungkin diperlukan.
G.
Pemeriksaan
penunjang
Tes
laboratorium yang akan membantu dalam diagnosis adalah :
·
Hitungan
darah lengkap ( hitung sel darah putih akan meningkat)
·
Laju
sedimentasi (biasanya akan meningkat
H.
Pengkajian
·
Tanggal
masuk
·
Tanggal
pengkajian
1.
Data
biografiIdentitas pasien
-
Nama
-
Umur
-
Jenis
kelamin
-
Pekerjaan
-
Alamat
-
Agama
2.
Identitas
penanggung jawab
-
Nama
-
Umur
-
Alamat
-
Jenis
kelamin
-
Agama
-
Pekerjaan
-
Hubungn
dengn pasien
3. Riwayat kesehatan
a.
Keluhan
utama
Pada pasien dengan divertikulum datang dengan keluhan nyeri
abdomen bersifat kram dan tersering terlokalisasi atau diare, gangguan BAB,
mual muntah atau gejala urinarius menetap, distensi abdomen dan masa abdomen,
sampai dengan komplikasi serius seperti perforasi (asimtomatik) beberapa jam
sebelum dibawa ke Rumah Sakit.
b.
Riwayat
kesehatan.
Selama mendapat riwayat kesehatan, pasien ditanya tentang
awitan dan durasi nyeri serta pola eliminasi saat ini dan masa lalu. Kebiasaan
diet dikaji ulang untuk menentukan asupan serat. Pasien ditanya tentang
mengejan saat defekasi,adanya konstifasi dengan periode diare, tenesmus (spasme
sfingter anal dengan nyeri dan dorongan untuk defekasi) terus-menerus, kembung
abdomen, dan distensi.
c.
Pemeriksaan
fisik
·
Inspeksi
Pada pemeriksaan inspeksi pehatikan apakah pasien tampak
pucat, lesu, nyeri abdomen, mual muntah, dan BAB pasien.
·
Palpasi
Pada pemeriksaan palpasi teraba nyeri tekan pada daerah
divertikulisis pada kuadran kiri bawah.
·
Auskultasi
Pada pemeriksaan auskultasi dilakukan pada daerah abdomen
d.
Pemeriksaan
diagnostic
·
Sinar
X
Dilakukan untuk mengesampingkan
apendisitis
·
Enema
barium
Memberikan informasi diagnostic
dengan menandai sisi dan luasnya penyakit.
·
Pemindai
temografi computer (CT)
Dapat menunjukan abses
·
Kolonscopi
Dilakukan untuk mengobservasi
divertikula dan membedakannya untuk mendeteksi kemungkinan adanya
penyakit lain.
I.
Diagnosa
keperawatan
a. Gangguan kebutuhan eliminasi
berhubungan dengan menurunnya peristatik akibat penyumbatan oleh
kantung-kantung diverticula ditandai dengan konstipasi.
b. Gangguan kebutuhan nyaman nyeri
berhbungan dengan gangguan mobilitas akibat nyeri pada adomen
c. Gangguan kebutuhan eliminasi
berhubungan dengan malabsorpsi atau proses inflamasi akibat penyakit infeksi
divertikulisis ditandai dengan diare
d. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan(anoreksia)
J.
INTERVENSI
1. Gangguan
kebutuhan eliminasi berhubungan dengan menurunnya peristaltic akibat
penyumbatan oleh
kantung-kantung divertikula yang ditandai dengan konstipasi
Tujuan
: Pencegahan dan penghilangan konstipasi/impaksi
Kriteria hasil
: Mendapatkan dan
mempertahankan eliminasi normal
Intervensi
|
Rasional
|
1
Pantau pergerakan defekasi,
meliputi :
· Frekuensi
· Konsistensi
· Bentuk
· Volume dan
· Warna
2
Berikan makanan yang lunak
tetapi
mempunyai serat
tinggi
3 Berikan
obat pelunak feses sesuai resep
4 Tekankan
penghindaran mengejan selama
defekasi
|
1 Untuk
mengetahui perkembangan proses
defekasi pasien
2. Agar
kebutuhan nutrisi terpenuhi
3. Untuk
melunakkan feses dan menurunkan tingkat
inflamasi
4. Untuk mencegah perubahan
pada tanda vital,
sakit kepala atau perdarahan
|
2. Gangguan kebutuhan nyaman nyeri
berhubungan dengan gangguan mobilitas akibat nyeri pada abdomen.
Tujuan
: untuk mengurangi
rasa nyeri
Kriteria
hasil
: nyeri dapat berkurang
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensip meliputi :
· Lokasi
· Karakteristik
· Durasi
· Frekuensi
· Kualitas
· Intensitas
2 Berikan analgesic
.
3. Tawarkan
tehnik pengurang nyeri
seperti,
tehnik relaksasi, dan
masase punggung
4. Bantu pasien untuk berfokus pada
aktivitas
daripada nyeri dengan
melakukan
pengalihan melalui televise,
radio,
tape dan kunjungan.
5. Tingkatkan
istirahat/tidur yang adekuat
|
1.
1.Untuk
mengetahui perkembangan nyeri pasien
.2. Untuk
mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri
3. Untuk
mengurangi nyeri
4. Untuk
mengalihkan rasa nyeri
5.Untuk memfasilitasi pengurangan
rasa nyeri
|
3. Gangguan kebutuhan eliminasi
berhubungan dengan malabsorpsi atau proses inflamasi akibat penyakit
divertikulisis ditandai dengan diare
Tujuan:kemampuan
saluran gastrointestinal untuk membentuk dan mengeluarkan feses secara
efektif.
Kriteria
hasil :diare dapat dikendalikan dan dihilangkan yang ditunjukkan dengan
eliminasi defekasi yang efektif.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji dan dokumentasikan :
· Frekuensi
· Warna
· Konsistensi
· Jumlah (ukuran) feses
· Turgor kulit dan
· Kondisi mukosa mulut sebagai indicator dehidrasi
2. Timbang berat badan pasien setiap hari
3. Lakukan tindakan untuk mengistirahatkan usus besar
misalnya, puasa atau diet.
4. Anjurkan pasien untuk makan dalam porsi kecil, sering dan
jumlah ditingkatkan secara bertahap
|
1.Untuk mengontrol perkembangan kesehatan
pasien dan pola defekasi pasien
2. Untuk mengetahui perubahan dan perkembangan
berat badan pasien
3. Untuk membantu memgembalikan fungsi kerja usus
besar yang terganggu
4. Untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi
|
4.
Gangguan
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
nafsu makan (anoreksia)
·
Tujuan : Nafsu makan dan berat badan
bertambah
·
Kriteria
hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan peningkatan yang
tepat.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Berikan banyak minum (jus
buah-buahan, sirup yang tidak memakai es).
2.
Berikan susu porsi sedikit tetapi
sering (susu dibuat encer dan tidak terlalu manis, dan berikan susu tersebut
dalam keadaan yang hangat ketika diminum).
3.
Berikan makanan lunak, misalnya
bubur yang memakai kuah, sup atau bubur santan memakai gula dengan porsi
sedikir tetapi dengan kuantitas yang sering.
4. Timbang
berat badan pasien setiap hari
|
1.
Untuk memberikan asupan cairan
yang seimbang
2.
Untuk membantu memenuhi kebutuhan
cairan
3.
Agar kebutuhan nutrisi dapat
terpenuhi kembali
4.
Untuk mengetahui perkembangan
berat bada pasien
|
K.
Implementasi
: sesuai Intervensi
L.
Evaluasi
1. Pasien mengatakan pola eliminasi
normal
·
Passase
feses lembut dan berbentuk tanpa nyeri dan mengejan
·
Mengeluarkan
feses tanpa bantuan
·
Mengeluarkan
feses dengan konsistensi dan frekuensi sesuai dengan kebiasaan pasien.
2. Pasien dapat mengatur kebutuhan diet
(misalnya, cairan dan serat) yang dibutuhkan untuk mempertahankan pola defekasi
yang biasanya
3. Pasien mampu mengenali factor
penyebab dan menggunakan tindakan untuk mengurangi atau mencegah nyeri dengan
analgesic dan non analgesic secara tepat.
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
terpenuhi
5. Pemenuhan asupan cairan dan nutrisi
seimbang
2. Pasca operasi
A.
Definisi
Kolon
(usus besar) adalah suatu struktur seperti tabung yang panjang yang menyimpan
dan kemudian mengeliminasi material sisa. Tekanan didalam usus besar
menyebabkan kantong-kantong dari jaringan yang menonjol keluar yang mendorong keluar
dari dinding-dinding usus besar ketika seseorang menua (menjadi tua). Suatu
kantong yang menonjol yang mendorong keluar dari dinding usus besar disebut
suatu diverticulum. Lebih dari satu kantong yang menonjol dirujuk sebagai
diverticula. Diverticula dapat terjadi diselururuh usus besar. Kondisi yang
mempunyai diverticula ini pada usus besar disebut diverticulosis.
Devertikulitis terjadi bila makanan atau bakteri tertahan,
yang menghasilkan infeksi dan inflamasi yang dapat membentuk drainase dan akhirnaya
membentuk abses.
Divertikulisis
adalah suatu penyakit pencernaan yang umumnya ditemukan di usus besar.
Divertikulisis berkembang dari divertikulosis yang melibatkan pembentukan
kantong (diverticula) diluar usus besar. Divertikulisis terjadi bila salah satu
divertikula ini meradang.
Diverticulitis paling sering mempengaruhi orang-orang
setengah baya dan tua, meskipun dapat menyerang pasien yang lebih muda juga.
Divertikulitis paling umum terjadi pada kolon
sigmoid(95%).Hal ini telah diperkirakan bahwa kira-kira 20% pasien dengan
divertikulosis mengalami divertikulitis pada titik yang sama. Divertikulitis
paling umum terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Insidensnya kira-kira 60%
pada individu dengan usia lebih dari 80 tahun.Predisposisi congenital dicurigai
bila terdapat gangguan pada individu yang berusia di bawah 40 tahun. Asupan
diet rendah serat diperkirakan sebagai penyebab utama penyakit. Divertikulitis
dapat terjadi pada serangan akut atau mungkin menetap sebagai infeksi yang
kontinu dan lama.
B. Etiologi
a.
Mikro
dan makro perforasi
b.
Perbedaan
tekanan antar lumen colon dan serosa serta area kelemahan dalam dinding colon
c.
Diet
rendah serat
d.
Kuman-kuman
seperti taenia coli
C.
Patofisiologi
Divertikulisis jarang terjadi pada orang dengan diet yang
banyak mengandung serat kasar, tetapi sangat sering terjadi pada orang yang
dietnya hanya sedikit mengandung serat kasar. Tegangan pada dinding organ
berongga erat kaitannya dengan tekanan dalam organ dan diameter organ. Bila
sebuah saluran seperti kolon sering dibiarkan menyempit (oleh karena diet
rendah serat), maka timbulnya suatu tekananakan menyebabkan beban yang lebih
besar pada dindingnyadaripada bila kolon itu terisi feses.
Sejalan
atas usia badan, lapisan luar dari dinding usus menebal. Hal ini menyebabkan
ruang terbuka di dalam usus besar untuk menyempit. Feses bergerak lebih lambat
melalui usus besar, meningkatkan tekanan. Feses yang keras (seperti yang
dialami oleh orang-orang yang diet rendah serat). Melalui usus besar juga dapat
meningkatkan tekanan. Sering, berulang-ulang sewaktu memaksakan pergerakan usus
juga akan meningkatkan tekanan dan dapat berkontribusi untuk pembentukan
diverticula.
Penyakit diverticula diakibatkan oleh gangguan gerakan kolon.
Pada bagian kolon yang memiliki divertikula cenderung timbul kontraksi yang
kuat otot sirkular yang menimbulkan tekanan intralumen yang sangat tinggi,
volume colon yang rendah (isi kurang mengandung serat), dan penurunan kekuatan
otot dalam dinding colon (hipertrofi muskuler akibat massa fekal yang
mengeras). Tekanan yang tinggi inilah yang menyebabkan timbulnya hernia mukosa
melalui lapisan otot yang menimbulkan divertikula. Lokasi divertikula biasannya
pada perlekatan kolon dan mesenterium, dimana masuknya pembuluh darah
melemahkan dinding. Divertikulum menjadi sumbatan dan kemudian terinflamasi
bila obstruksi bila terus berlanjut. Inflamasi cenderung melebar ke dinding
usus sekitsr, mengakibatkan timbulnya kepekaan dan spastisitas kolon. Abses dapat
terjadi menimbulkan peritonitis, sedangkan erosi pembuluh darah (arterial)
dapat menimbulkan pendarahan.
D.
Klasifikasi
Divertikuliss memiliki dua klasifikasi yang nampak yaitu, divertikulisis
akut dan divertikulisis kronik.
Pada divertikulisis akut, terdapat demam, leukositosis,
nyeri tekan pada kuadran kiri bawah dan abdomen. Selama serangan akut, dapat
terjadipendarahan dari jaringan granulasi vascular namunbiasanya ringan,.
Kadang-kadang pendarahan terjadi massif akibat erosi yang memebus pembuluh
darah besar di dekat divertikula. Pendarahan biasanya di obati secara
konservatif, tetapi kadang-kadang diperlukan reseksi usus.
Sedangkan pada divertikulisis kronik menyebabkan usus mudah
mengalami serangan peradangan berulang. Akibatnya dapat berupa fibrosis dan
perlekatan struktur-struktur di sekitarnya. Bila peradangan kronik
menyebabkan penyempitan lumen dapat timbul obstruksi parsial kronik pada kolon,
menimbulkan gejala obsipasi, feses seperti pita, diare intrmiten, dan
peregangan abdomen. Gambaran akhir obstruksi mungkin dipercepat oleh serangan
akut, menyebabkan abses perikolon yang menyempitkan lumen yang sudah menyempit.
E.
Tanda
dan Gejala
Gejala yang paling umum ditemukan pada kasus divertikulsiss
adalah nyeri pada abdomen, namun sering juga ditemukan seperti :
·
Konstipasi
·
Nyeri
·
Diare
·
Nausea
·
Anoreksia
Gejala-gejala
ini berkaitan dengan kesulitan mengeluarkan feses sepanjang usus besar. Tingkat
keparahan gejala tergantung pada sejauh mana infeksi dan komplikasi. Tanda yang
paling umum adalah teraba kelembutan pada sisi kiri perut bagian bawah.
Divertikulisis memburuk sepanjang hari, karena pada awal nyeri ringan dan
perlahan-lahan berubah menjadi nyeri tajam.
F.
Penatalaksanaan
keperawatan
Pembedahan hanya diperlukan pada penyakit yang berat dan
luas atau pada komplikasi. Pembedahan yang diperlukan adalah reseksi kolon yang
sakit disertai anastomosis untuk mengembalika kontinuitas. Bila tidak terdapat
komplikasi, pembedahan dapat dilakukan pada stadium satu. Pada kasus lain,
dapat dilakukan kolostomi sementara dengan mengalihkan feses ke permukaan
abdomen (kolostomi). Anastomosis dan penutupan dilakukan di kemudian hari.
G.
Pemeriksaan
penunjang
Tes
laboratorium yang akan membantu dalam diagnosis adalah :
·
Hitungan
darah lengkap ( hitung sel darah putih akan meningkat)
·
Laju
sedimentasi (biasanya akan meningkat.
H.
Pengkajian
·
Tanggal
masuk
·
Tanggal
pengkajian
-
Data biografi
Identitas
pasien
·
Nama
·
Umur
·
Jenis
kelamin
·
Pekerjaan
·
Alamat
·
Agama
Identitas penanggung jawab
·
Nama
·
Umur
·
Alamat
·
Jenis
kelamin
·
Agama
·
Pekerjaan
·
Hubungn
dengan pasien
-
Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Pada
pasien dengan divertikulum datang dengan keluhan nyeri abdomen bersifat kram
dan tersering terlokalisasi atau diare, gangguan BAB, mual muntah atau gejala
urinarius menetap, distensi abdomen dan masa abdomen, sampai dengan komplikasi
serius seperti perforasi (asimtomatik) beberapa jam sebelum dibawa ke Rumah
Sakit.
Riwayat kesehatan.
Selama
mendapat riwayat kesehatan, pasien ditanya tentang awitan dan durasi nyeri
serta pola eliminasi saat ini dan masa lalu. Kebiasaan diet dikaji ulang untuk
menentukan asupan serat. Pasien ditanya tentang mengejan saat defekasi,adanya
konstifasi dengan periode diare, tenesmus (spasme sfingter anal dengan nyeri
dan dorongan untuk defekasi) terus-menerus, kembung abdomen, dan distensi.
Pemeriksaan fisik
·
Inspeksi
Pada pemeriksaan inspeksi pehatikan
apakah pasien tampak pucat, lesu, nyeri abdomen, mual muntah, dan BAB pasien.
·
Palpasi
Pada pemeriksaan palpasi teraba
nyeri tekan pada daerah divertikulisis pada kuadran kiri bawah.
·
Auskultasi
Pada pemeriksaan auskultasi
dilakukan pada daerah abdomen
Pemeriksaan
diagnostic
·
Sinar
X
Dilakukan untuk mengesampingkan
apendisitis
·
Enema
barium
Memberikan informasi diagnostic
dengan menandai sisi dan luasnya penyakit.
·
Pemindai
temografi computer (CT)
Dapat menunjukan abses
·
Kolonscopi
Dilakukan untuk mengobservasi
divertikula dan membedakannya untuk mendeteksi kemungkinan adanya
penyakit lain.
M.
Diagnosa
keperawatan
-
Gangguan
kebutuhan eliminasi berhubungan dengan menurunnya peristatik akibat penyumbatan
oleh kantung-kantung diverticula ditandai dengan konstipasi.
-
Gangguan
kebutuhan nyaman nyeri berhbungan dengan gangguan mobilitas akibat nyeri pada
adomen
-
Gangguan
kebutuhan eliminasi berhubungan dengan malabsorpsi atau proses inflamasi akibat
penyakit infeksi divertikulisis ditandai dengan diare
-
Gangguan
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan nafsu makan(anoreksia)
N.
INTERVENSI
1. Gangguan kebutuhan eliminasi
berhubungan dengan menurunnya peristaltic akibat penyumbatan oleh
kantung-kantung divertikula yang ditandai dengan konstipasi
-
Tujuan
: Pencegahan dan penghilangan konstipasi/impaksi
-
Kriteria hasil
: Mendapatkan dan
mempertahankan eliminasi normal
Intervensi
|
Rasional
|
5. Pantau pergerakan defekasi, meliputi :
· Frekuensi
· Konsistensi
· Bentuk
· Volume dan
· Warna
6. Berikan makanan yang lunak tetapi
mempunyai serat
tinggi
7. Berikan obat pelunak feses sesuai resep
8. Tekankan penghindaran mengejan selama
defekasi
|
5. Untuk mengetahui perkembangan proses defekasi
pasien
6. Agar kebutuhan nutrisi terpenuhi
7. Untuk melunakkan feses dan menurunkan tingkat
inflamasi
8. Untuk
mencegah perubahan pada tanda vital,
sakit kepala atau perdarahan
|
2. Gangguan kebutuhan nyaman nyeri
berhubungan dengan gangguan mobilitas akibat nyeri pada abdomen.
-
Tujuan
: untuk mengurangi rasa nyeri
-
Kriteria
hasil
: nyeri dapat berkurang
Intervensi
|
Rasional
|
6. Lakukan pengkajian nyeri yang
komprehensip
meliputi :
· Lokasi
· Karakteristik
· Durasi
· Frekuensi
· Kualitas
· Intensitas
7.
Berikan analgesic
8. Tawarkan tehnik pengurang nyeri seperti,
tehnik relaksasi, dan
masase punggung
9.
Bantu pasien untuk berfokus
pada
aktivitas
daripada nyeri dengan melakukan
pengalihan
melalui televise, radio, tape
dan kunjungan.
10. Tingkatkan
istirahat/tidur yang adekuat
|
6. Untuk mengetahui perkembangan nyeri pasien
7. Untuk
mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri
8.
Untuk mengurangi nyeri
9. Untuk mengalihkan rasa nyeri
10.Untuk
memfasilitasi pengurangan rasa nyeri
|
3. Gangguan kebutuhan eliminasi
berhubungan dengan malabsorpsi atau proses inflamasi akibat penyakit
divertikulisis ditandai dengan diare.
-
Tujuan :kemampuan
saluran gastrointestinal untuk membentuk dan
mengeluarkan feses secara efektif.
-
Kriteria
hasil
:diare dapat dikendalikan dan dihilangkan yang ditunjukkan dengan eliminasi
defekasi yang efektif.
Intervensi
|
Rasional
|
5. Kaji dan dokumentasikan :
· Frekuensi
· Warna
· Konsistensi
· Jumlah (ukuran) feses
· Turgor kulit dan
· Kondisi mukosa mulut sebagai indicator dehidrasi
6. Timbang berat badan pasien setiap hari
7. Lakukan tindakan untuk mengistirahatkan usus besar
misalnya, puasa atau diet.
8. Anjurkan pasien untuk makan dalam porsi kecil, sering dan
jumlah ditingkatkan secara bertahap
|
5. Untuk
mengontrol perkembangan kesehatan
pasien dan pola defekasi pasien
6. Untuk
mengetahui perubahan dan
perkembangan berat badan pasien
7. Untuk
membantu memgembalikan fungsi kerja
usus besar yang terganggu
8. Untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi
|
4.
Gangguan
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
nafsu makan (anoreksia)
-
Tujuan : Nafsu makan dan berat badan
bertambah
-
Kriteria
hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan
peningkatan yang tepat.
Intervensi
|
Rasional
|
5.
Berikan banyak minum (jus
buah-buahan, sirup yang tidak memakai es).
6.
Berikan susu porsi sedikit tetapi
sering (susu dibuat encer dan tidak terlalu manis, dan berikan susu tersebut
dalam keadaan yang hangat ketika diminum).
7.
Berikan makanan lunak, misalnya
bubur yang memakai kuah, sup atau bubur santan memakai gula dengan porsi
sedikir tetapi dengan kuantitas yang sering.
8. Timbang
berat badan pasien setiap hari
|
5.
Untuk memberikan asupan cairan
yang seimbang
6.
Untuk membantu memenuhi kebutuhan
cairan
7.
Agar kebutuhan nutrisi dapat
terpenuhi kembali
8.
Untuk mengetahui perkembangan
berat bada pasien
|
O.
Evaluasi
1. Pasien mengatakan nyeri berkurang
2. Nutrisi cukup dari kebutuhan pasien
3. Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
4. Mengungkapkan pemahaman tentang
kondisi rencana tindakan dan tindakan perawatan diri prefenti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar