1. Konsep
keluarga
a. Pengertian
Keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan
emosional, serta individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian
dari keluarga (Friedman dalam Achjar, 2010).
Keluarga adalah
unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri
dan anaknya, ayah dan anaknya, ibu dan anaknya (UU No. 10 dalam APD
Salvari, 2013).
b. Karakteristik keluarga
Menurut
APD Salvari (2013), karakteristik keluarga sebagai berikut :
1)
Terdiri
dari dua atau lebih individu yang di ikat oleh hubungan darah, perkawinan atau
adopsi.
2)
Anggota
keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan
satu sama lain.
3)
Anggota
keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial:
suami, istri, anak, kakak, dan adek.
4)
Mempunyai
tujuan yaitu: menciptakan dan mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial.
c. Bentuk / Type Keluarga
1)
Keluarga
inti (nuclear family
Keluarga yang hanya terdiri ayah,
ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya, adopsi atau keduanya.
2)
Keluarga
besar (extended family)
Keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman bibi).
3)
Keluarga
bentukan kembali (dyadic family)
Keluarga baru yang bentuk terbentuk
dari pasangan yang bercerai atau kehilangan pasangannya.
4)
Orang
tua tunggal (single parent family)
Keluarga yang terdiri dari salah
satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
5)
Ibu
dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
6)
Orang
dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the
single adult living alone.
7)
Keluarga
dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital heterosexsual
cobabiting family)
8)
Keluarga
yang di bentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian
family).
9)
Keluarga
usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia
lanjut.
10)
Keluarga
Indonesia menganut keluarga besar (extended family), karena masyarakat
Indonesia terdiri dari berbagai suku hidup dalam satu kominiti dengan adat
istiadat yang sangat kuat (Depkes RI dalam Achjar, 2010).
d.
Struktur
keluarga
Menurut
APD Salvari (2013), struktur keluarga sebagai berikut :
1)
Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2)
Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3)
Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga saudarah istri.
4)
Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga saudarah suami.
5)
Keluarga
kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai
dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa anak saudara yang menjadi bagaian
keluarga karna adanya hubungan dengan suami istri.
e. Fungsi Keluarga
Menurut Achjar
(2010), fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
1)
Fungsi Afektif
Keluarga yang
saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga yang sakit akan
mempercepat proses penyembuhan. Karena adanya partisipasi dari anggota keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
2)
Fungsi Sosialisasi dan Tempat
Bersosialisasi
Fungsi keluarga
mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah
untuk berhubungan dengan orang lain. Tidak ada batasan dalam bersosialisasi
bagi penderita dengan lingkungan akan mempengaruhi kesembuhan penderita asalkan
penderita tetap memperhatikan kondisinya. Sosialisasi sangat diperlukan karena
dapat mengurangi stress bagi penderita.
3)
Fungsi Reproduksi
Keluarga
berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga dan
juga tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal, diantaranya :
seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks pada anak sangat penting.
4)
Fungsi Ekonomi
Keluarga
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti kebutuhan makan, pakaian
dan tempat untuk berlindung ( rumah) dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5)
Fungsi Perawatan / Pemeliharaan
Kesehatan
Berfungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang
kesehatan.
f. Ciri-ciri keluarga
1)
Terorganisir
adalah : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
2)
Ada
keterbatasan adalah : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
3)
Ada
perbedaan dan kekhususan adalah : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan
fungsi-masing-masing (APD Salvari, 2013).
g. Tugas keluarga
di bidang Kesehatan
Sesuai
dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di dalam bidang
kesehatan yang perlu di pahami dan dilakukan.
Ada
5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus di lakukan( Fridman dalam
Achjar, 2010).
1)
Mengenal masalah kesehatan setiap
anggotanya perubahan sekecil apapun yang di alami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari
adanya perubahan perlu segera di catat kapan terjadinya, perubahan apa yang
terjadi dan seberapa perubahannya.
2)
Mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang
utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,
dengan pertimbangan siap diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan
untuk menentukan tindakan keluarga maka segeralah melakukan tindakan yang tepat
agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan bisa teratasi. Jika keluarga
mempuyai keterbatasan agar meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar
keluarga.
3)
Memberikan keperawatan anggota keluarga
yang sakit atau yang tidak dapat membatu dirinya sendiri karena cacat
atau usianya terlalu mudah. Perawat ini dapat di lakukan di rumah apabila
keluarga mempunyai kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau
ke pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang
lebih parah tidak terjadi (Suparyanto , 2012).
4)
Memodifikasi lingkungan keluarga
seperti pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit
yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga,
kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah yang
berdampak pada kesehatan keluarga.
5)
Memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan
fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada,
keuntungan keluarga terhadap pengunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan
kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik
dipersepsikan keluarga (Achjar, 2010)
h. Pemegang
kekuasaan dalam keluarga
1)
Patrikal
Yaitu
yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ayah.
2)
Matrikal
Yaitu
yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ibu.
3)
Equaltarial
Yaitu
yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan ibu (APD Salvari, 2013).
i.
Dimensi dasar struktur keluarga
Menurut
APD Salvari (2013), dimensi dasar struktur keluarga sebagi berikut :
1) Pola
dan proses komunikasi :
a)
Bersifat terbuka dan jujur.
b)
Selalu menyelesaikan konflik keluarga.
c)
Berpikiran positif.
d)
Tidak mengulang-ulang issu dan pendapat
sendiri.
2) Struktur
peran
Peran
adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan dapat bersifat format dan informat. Peranan dalam keluarga terdiri
dari ayah, ibu, dan anak.
3) Struktur
kekuatan
Kekuatan
merupakan kemampuan dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk
mengubah perilaku orang lain kearah positif.
Tipe
struktur kekuatan :
a) Legitimate
power (hak)
b) Referent
power (ditiru)
c) Expert
power (keahlian)
d) Reward
power (hadiah)
e) Coercive
power (paksa)
f) Affective
power.
4) Nila-nilai
keluarga
a)
Nilai, merupakan suatu sistem, sikap
dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak mempersatukan anggota keluarga
dalam satu budaya. Nilai keluarga jaga merupakan suatu pedoman perilaku dan
pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.
b)
Norma, adalah pola perilaku yang baik,
menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
c)
Budaya, adalah kumpulan dari perilaku
yang dapat dipelajari, di bagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah.
2.
KONSEP PROSES ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARAGA.
Menurut
Friedman (1998:54), Proses keperawatan merupakan pusat bagi semua tindakan
keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja, dalam kerangka
referensi tertentu, konsep tertentu, teori atau falsafah.
Friedman dalam
Proses keperawatan keluarga juga membagi dalam lima tahap proses keperawatan
yang terdiri dari pengkajian terhadap keluarga, identifikasi masalah keluarga
dan individu atau diagnosa keperawatan, rencana perawatan, implemntasi rencana
pengerahan sumber-sumber dan evaluasi perawatan.
Dalam melakukan
asuhan keperawatan kesehatan keluarga menurut Effendi (2004) dengan melalui
membina hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga yaitu dengan mengadakan
kontrak dengan keluarga, menyampaikan maksud dan tujuan, serta minat untuk
membantu keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga, menyatakan
kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan – kebutuhan kesehatan yang
dirasakan keluarga dan membina komunikasi dua arah dengan keluarga.
Friedman (1998:
55) menjelakan proses asuhan keperawatan keluarga terdiri dari lima langkah
dasar meliputi :
1.
Pengkajian
Menurut
Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat
mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya.
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga,
perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari),
lugas dan sederhana (Suprajitno: 2004).
Kegiatan
yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan informasi dengan cara
sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian keluarga, diklasifikasikan
dan dianalisa (Friendman, 1998: 56)
a.
Pengumpulan data
1)
Identitas keluarga yang dikaji adalah
umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan tipe keluarga.
2)
Latar belakang budaya /kebiasaan
keluarga
a) Kebiasaan
makan
Kebiasaan
makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh Keluarga. Untuk penderita
stroke biasanya mengkonsumsi makanan yang bayak menandung garam, zat pengawet,
serta emosi yang tinggi
b) Pemanfaatan
fasilitas kesehatan
Perilaku
keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan merupakan faktor yang penting
dalam penggelolaan penyakit stroke fase rehabilitasi terutama ahli
fisiotherapi.
c) Pengobatan
tradisional
d) Karena
penderita stroke memiliki kecenderungan tensi tinggi, keluarga bisa
memanfaatkan pengobatan tradisional dengan minum air ketimun yang dijus sehari
dua kali pagi dan sore.
3)
Status Sosial Ekonomi
a) Pendidikan
Tingkat
pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam mengenal hipertensi beserta
pengelolaannya. berpengaruh pula terhadap pola pikir dan kemampuan untuk
mengambil keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.
b) Pekerjaan
dan Penghasilan
Penghasilan
yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga dalam melakukan
pengobatan dan perawatan pada angota keluarga yang sakit salah satunya
disebabkan karena hipertensi. Menurut (Effendy,1998) mengemukakan bahwa
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya
disebabkan karena tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga.
4)
Tingkat perkembangandan riwayat
keluarga
Menurut
Friedmen (1998:125), Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini. termasuk
riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau
berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum
terpenuhi berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan
kecemasan.
5)
Aktiftas
Aktifitas
fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan tekanan darah. Serangan
hipertensi dapat timbul sesudah atau waktu melakukan kegiatan fisik, seperti
olah raga (Friedman, 1998:9).
6)
Data Lingkungan
a) Karakteristik
rumah
Cara
memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah, penerangan dan
fentilasi yang baik dapat mengurangai faktor penyebab terjadinya cedera pada
penderita stroke fase rehabilitasi.
b) Karakteristik
Lingkungan
Menurut
(friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan. Ketenangan
lingkungan sangat mempengaruhi derajat kesehatan tidak terkecuali pada
hipertensi
7)
Struktur Keluarga
a) Pola
komunikasi
Menurut
(Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan pasien adalah berdasarkan
komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik diman usaha
mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Tekhnik
tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa
kepedulian yang tinggi.
b) Struktur
Kekuasaan
Kekuasaan dalam
keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat
menyebabkan stress psikologik yang mempengaruhi dalam tekanan darah pasien
stroke.
c) Struktur peran
Menurut
Friedman(1998), anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran yang
dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik
dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai
dengan harapan maka akan mengakibatkan ketegangan dalam keluarga.
8)
Fungsi Keluarga
a)
Fungsi afektif
Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya yang menderita
hipertensi, maka akan menimbulkan stressor tersendiri bagi penderita. Hal ini
akan menimbulkan suatu keadaan yang dapat menambah seringnya terjadi serangan
hipertensi karena kurangnya partisipasi keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang sakit (Friedman, 1998).
b)
Fungsi
sosialisasi .
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga yang menderita
stroke dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak
memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota keluarga
menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi menjadi labil dan mudah
stress.
c)
Fungsi kesehatan
Menurut
suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk berkehidupan
sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar
rumah.
9)
Pola istirahat tidu
Istirahat
tidur seseorang akan terganggu manakala sedang mengalami masalah yang belum
terselesaikan.
10)
Pemeriksaan fisik anggota
keluarga
Sebagaimana
prosedur pengkajian yang komprehensif, pemeriksaan fisik juga dilakukan
menyeluruh dari ujung rambut sampai kuku untuk semua anggota keluarga. Setelah
ditemukan masalah kesehatan, pemeriksaan fisik lebih terfokuskan.
11)
Koping keluarga
Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping
keluarga tidak efektif, maka ini akan menjadi stress anggota keluarga yang
berkepanjangan.
2.
Diagnosa keperawatan
Menurut
APD Salvari, (20013) Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang
menggambarkan respon manusia atas perubahan pola interaksi potensial atau
aktual individu. Perawat secara legal dapat mengidentifikasi dan menyusun
intervensi masalah keperawatan. Kolaburasi dan koordinasi dengan anggota tim
lain merupakan keharusan untuk menghindari kebingungan anggota akan kurangnya
pelayanan kesehatan.
Dalam
diagnosa keperawatan meliputi sebagai berikut :
a.
Problem atau masalah
Suatu
pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh
keluarga aatau anggota keluarga.
b.
Etiologi
Suatu
pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas
keluarga yaitu
1)
Mengenal masalah kesehatan keluarga
2)
Membuat keputusan tindakan kesehatan
yang tepat.
3)
Memberi perawatan pada anggota keluarga
yang sakit.
4)
Mempertahankan suasana rumah yang
sehat.
5)
Menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada di masyarakat.
Secara
umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari diagnosis
keperawatan keluarga adalah :
a)
Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan,
pemahaman, kesalahan persepsi).
b)
Ketidakmauan (sikap dan motivasi).
c)
Dan ketidak mampuan (kurangnya
keterampilan terhadap suatu prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya
keluarga baik finansial, fasilitas, system pendukung, lingkungan fisik dan
psikologis).
c.
Symtom
Sekumpulan
data subyektif dan objektif yang diperoleh perawatan dari keluarga secara
langsung atau tidak langsung.
Tipologi
diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1)
Diagnosis actual adalah masalah
keperwatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari
perawat dengan cepat.
2)
Diagnosis resiko / resiko tinggi
adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi
masalah keperawatan actual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera
mendapat bantuan perawat.
3)
Diagnosis potensial adalah suatu
keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan
kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat
ditingkatkan.
Prioritas
Diagnosa Keperawatan
Proses
scoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya, 1978.
No
|
Kriteria
|
Skor
|
Bobot
|
1
|
Sifat
masalah :
·
Tidak/kurang sehat.
·
Ancaman kesehatan.
·
Krisis atau keadaan sejahtera.
|
3
2
1
|
1
|
2
|
Kemungkinan
masalah dapat diubah :
·
Dengan mudah.
·
Hanya sebagian.
·
Tidak dapat.
|
2
1
0
|
2
|
3
|
Potensial
masalah untuk dicegah :
·
Tinggi.
·
Cukup.
·
Rendah.
|
3
2
1
|
1
|
4
|
Menonjolnya
masalah :
·
Masalah berat harus segera
ditangani
·
Ada masalah, tetapi tidak perlu
harus segera ditangani
·
Masalah tidak dirasakan
|
2
1
0
|
1
|
Proses scoring dilakukan untuk setiap
diagnose keperawatan:
1)
Tentukan
skor untuk setiap criteria yang dibuat.
2)
Selanjutnya
dibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan dengan bobot
3)
Jumlah skor untuk semua kriteria (skor
tertinngi sama dengan jumlah bobot, yaitu 5).
3.
Perencanaan Keperawatan keluarga
Menurut
APD Salvari (2013), Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan
yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan
dan keperawatan yang telah diidentifikasi dari masalah keperawatan yang sering
muncul.
Langkah-langkah
dalam rencana keperawatan keluarga adalah :
a.
Menentukan sasaran atau goal
Sasaran
adalah tujuan umum yang merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui segala
upaya, dimana masalah (Problem) digunakan untuk merumuskan tujuan akhir (TUM)
b.
Menentukan tujuan atau objektif
Objektif
merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih terperinci tentang hasil
yang diharapkan dari tindakan perawatan yang akan dilakukan, dimana penyebab
(Etiologi) digunakan untuk merumuskan tujuan (TUK).
c.
Menentukan pendekatan dan tindakan
keperawatan yang akan dilakukan.
Dalam
memilih tindakan keperawatan sangat tergantung kepada sifat masalah dan
sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan masalah.
d.
Menentukan kriteria dan standart criteria
Kriteria
merupakan tanda atau indicator yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan,
sedanhgkan standart menunjukkan tingkat performance yang diinginkan untuk
membandingkan bahwa perilaku yang menjadi tujuan tindakan keperawatan telah
tercapai.
Standart
mengacu kepada lima tugas keluarga sedangkan kriteria mengacu kepada 3 hal,
yaitu :
1)
Pengetahuan (Kognitif)Intervensi
ini
ditujukan untuk memberikan informasi, gagasan, motivasi, dan saran kepada
keluarga sebagai target asuhan keperawatan keluarga.
2)
Sikap (Afektif)
Intervensi
ini ditujukan untuk membantu keluarga dalam berespon emosional, sehingga dalam
keluarga terdapat sikap terhadap masalah yang dihadapi
3)
Tindakan (Psikomotor)
Intervensi
ini ditujukan untuk membantu anggota keluarga dalam perubahan perilaku yang
merugikan keperilaku yang menguntungkan.
Hal penting dalam penyusunan rencana
asuhan keperawatan adalah :
1.
Tujuann hendaknya logis, sesuai masalah
dan mempunyai jangka waktu yang sesuai dengan kondisi klien.
2.
Kriteria hasil hendaknya dapat diukur.
3.
Rencana tindakan disesuaikan dengan
sumber daya dan dana yang dimiliki oleh keluarga dan mengarah kepada
kemandirian klien sehingga tingkat ketergantungan dapat diminimalisasi.
4.
Pelaksanaan.
Pelaksanaan
merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana perawat
mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga untuk mendapatkan
perbaikan ke arah perilaku hidup sehat. Pelaksanaan tindakan keperawatn
keluarga didasarkan kepada asuhan keperawatan yang telah disusun.
5.
Tahap Evaluasi
Evaluasi
merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil, implementasi dengan
kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan bila
hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu disusun rencana keperawatan
yang baru.
Metode
evaluasi keperawatan, yaitu :
a.
Evaluasi formatif (proses)
Adalah
evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan dan bertujuan untuk
menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan, system penulisan evaluasi formatif ini biasanya ditulis dalam
catatan kemajuan atau menggunakan system SOAP.
b.
Evaluasi sumatif (hasil)
Adlah
evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara keseluruhan, sistem
penulisan evaluasi sumatif ini dalam bentuk catatan naratif atau laporan
ringkasan.
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, K.
(2010). Aplikasi Praktek Perkesmas Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta.
CV. Sagung Seto.
APD Salvari, G , (2013). Buku Ajar Asuhan Keperawatan
Keluarga. Jakarta. TIM.
Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan
Praktek, Edisi 3. Jakarta: EGC
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata:
EGC.
suwon
BalasHapus